Literasi, Lomba, dan Harapan yang Tak Pernah Padam
Di tengah riuh rendah perayaan kemerdekaan yang kerap dipenuhi seremoni formal dan rutinitas tahunan, Komunitas KOPAJA71 memilih jalur yang berbeda.Â
Mereka berkumpul di O2 Corner, Gedung Kompas Gramedia, bukan sekadar untuk merayakan, tetapi untuk merenungkan: Apa arti kemerdekaan hari ini?Â
Indonesia tengah berdiri di persimpangan sejarah: antara peluang besar dan tantangan yang tak kalah serius. Dua potensi utama yang seharusnya menjadi perhatian dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 adalah bonus demografi dan potensi pariwisata.Â
Keduanya menyimpan kekuatan transformatif, jika dikelola dengan bijak, beretika, dan berpihak pada pembangunan manusia.
Dalam semangat peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, Komunitas KOPAJA71 menyelenggarakan sesi bedah buku  yang secara tepat dan relevan mengangkat dua isu strategis tersebut. Dua buku yang dibedah bukan hanya menyajikan gagasan, tetapi juga membuka ruang refleksi dan aksi:
- Mempersiapkan Gen Alpha Memasuki Dunia Kerja Sejak Dini karya Merza Gamal, yang menyoroti pentingnya membentuk karakter dan kesiapan kerja generasi muda sejak dini, sebagai bagian dari pengelolaan bonus demografi.
- Pariwisata Indonesia Harus Memupus Anggapan Turis Sebagai Calon Mangsa karya Syaiful W. Harahap, yang mengajak kita mereformasi cara pandang terhadap wisatawan dan membangun pariwisata yang beretika, berkelanjutan, dan bermartabat.
Kehadiran dua buku ini dalam satu forum bukan kebetulan. Ia mencerminkan bahwa kemerdekaan hari ini bukan hanya soal mengenang masa lalu, tetapi tentang keberanian membentuk masa depan dengan literasi, etika, dan semangat kolaboratif.
Dan bagaimana kita mengarah ke Indonesia Emas 2045, bukan Indonesia yang semakin cemas?
Bedah Buku Ganda: Literasi untuk Masa Depan dan Etika Wisata yang Berdaulat