Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ziarah Artefak Ganesha & Singa Tanpa Kepala di Palembang

3 Agustus 2025   20:30 Diperbarui: 3 Agustus 2025   20:30 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Arca Ganesha situs Surulangun,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Arca Ganesha situs Surulangun,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Ditemukan di Talang Tuho, tempat yang disebut dalam Prasasti Kedukan Bukit sebagai lokasi awal Sriwijaya berdiri, arca ini kemungkinan adalah bagian dari proyek spiritual yang terhenti. 

Invasi, perubahan politik, atau kehancuran peradaban mungkin menghapus rencana itu. Ia dipindahkan ke museum sekitar tahun 1984, bersama sejumlah koleksi Sriwijaya lainnya.

Melihatnya, saya seperti melihat potret bangsa yang narasinya belum selesai. Saya bertanya dalam hati: "Apa yang belum sempat kita tulis sebagai bangsa?"

Singa Tanpa Kepala: Penjaga Dharma yang Terluka

Arca ketiga adalah Singa, namun kepalanya hilang. Ia berdiri tegak, kaku, namun tak lagi utuh. Dalam tradisi Hindu-Buddha, Singa adalah pelindung dharma. Ia ditempatkan di gerbang candi, pintu kerajaan, atau pusat-pusat spiritual sebagai simbol keberanian dan kewaspadaan.

Arca Singa Tanpa Kepala,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Arca Singa Tanpa Kepala,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Singa ini ditemukan di sekitar Benteng Kuto Besak---pusat pertahanan Kesultanan Palembang. 

Arca ini dipindahkan setelah benteng dan kota dirusak oleh kolonial Inggris pada 1823. Kepalanya mungkin hilang dalam perang atau penjarahan. Kini ia menjadi bagian dari koleksi tetap museum.

Saya menatapnya, dan dalam sunyi saya mendengar: "Keberanian tidak selalu utuh. Kadang ia berdiri dengan luka, tapi tetap menjaga."

Meriam Sunyi: Senjata yang Menjadi Saksi Kedaulatan

Di sudut pelataran, sebuah meriam tua berdiri membisu. Besi cor berwarna gelap, kokoh namun tidak lagi mengancam. Ia adalah bagian dari sistem pertahanan Kesultanan Palembang, kemungkinan berasal dari Benteng Kuto Besak atau reruntuhan istana Kuta Lama yang dihancurkan oleh Inggris.

Meriam Kesultanan Palembang,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 
Meriam Kesultanan Palembang,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal 

Meriam ini bukan lagi senjata. Ia menjadi saksi. Saksi atas perlawanan lokal, atas kehancuran istana, dan atas transisi kota dari pusat kuasa ke kota kolonial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun