"Ketika Yesus sudah menerima anggur itu, Ia berkata: 'Sudah selesai.' Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya." Â
(Yohanes 19:30)
Jumat menjadi simbol pengorbanan tertinggi---cinta yang rela menderita demi keselamatan orang lain.Â
Di berbagai belahan dunia, Jumat Agung dirayakan dengan prosesi, doa, dan puasa. Ia mengajarkan bahwa penderitaan bisa menjadi jalan penebusan, dan kematian bukan akhir, melainkan awal dari harapan.
Buddhisme: Kontemplasi Pasca Pencerahan
Dalam tradisi Buddhis, khususnya Theravda, setiap hari memiliki postur Buddha yang khas. Untuk hari Jumat, dikenal sebagai Pang Ram Pueng---Buddha berdiri dengan tangan bersilang di dada, menggambarkan momen kontemplasi mendalam setelah pencerahan.
Buddha merenungkan apakah ajaran Dharma yang begitu dalam dan halus dapat dipahami oleh umat manusia yang cenderung terikat pada kesenangan duniawi. Meski sempat ragu, belas kasih dan kebijaksanaan mendorongnya untuk tetap membagikan Dharma.
"Dharma ini dalam, sulit dilihat, sulit dipahami; tenang, luhur, melampaui logika, halus, hanya dapat dialami oleh yang bijak." Â
(Refleksi Buddha di bawah pohon Banyan)
Jumat dalam Buddhisme menjadi simbol:
- Kontemplasi dan toleransi
- Belas kasih dalam keraguan
- Kesadaran akan keragaman pemahaman
Ia mengajarkan bahwa bahkan dalam kebimbangan, ada dorongan untuk memberi dan mengajar.