Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Bisnis Bisa Untung Tanpa Menjual Luka dan Duka

2 Juli 2025   15:30 Diperbarui: 10 Juli 2025   08:52 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis tanpa menjual luka dan duka,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan ChatGPT.OpenAI 

Untungnya, tidak semua bisnis seperti itu.

Banyak merek kini bangkit dengan pendekatan yang lebih etis dan berorientasi solusi jangka panjang. Mereka tidak membangun narasi kekurangan atau ketakutan, melainkan memberdayakan.

Contoh nyata:

  • Brand sustainable fashion yang mendidik tentang konsumsi bijak, bukan hanya menjual baju baru.
  • Startup agritech yang memberdayakan petani lokal tanpa membumbui kisah mereka sebagai "penderitaan".
  • Produk kecantikan yang merayakan keberagaman kulit dan bentuk tubuh tanpa narasi "harus berubah dulu untuk cantik".

Menurut studi Nielsen (2022), 73% konsumen global bersedia membayar lebih untuk produk dari perusahaan yang transparan dan beretika. Artinya: kejujuran dan nilai punya tempat di pasar.

Kita Bukan Sekadar Konsumen, Kita Penentu Arah

Setiap klik, pembelian, atau like adalah bentuk dukungan terhadap nilai. Kita bisa memilih apakah ingin memperkuat bisnis yang jujur dan memberdayakan, atau terus mendukung ekosistem yang menjual luka lalu menawarkan penawarnya.

Konsumen masa kini lebih dari sekadar pembeli. Mereka adalah aktivis diam yang bisa mengubah arah industri.

Dengan teknologi, literasi digital, dan kekuatan media sosial, kita bisa:

  • Mengkritisi narasi yang manipulatif,
  • Mendukung usaha lokal dan etis,
  • Menyebarkan kesadaran, bukan ketakutan.

Akhir Kata: Bisnis Tak Harus Menjual Duka

Strategi fear-based marketing mungkin menghasilkan angka, tapi kepercayaan dibangun oleh ketulusan.
Bisnis bisa --- dan harus --- tumbuh dengan menyelesaikan masalah nyata, bukan menciptakannya.

Kita bukan sekadar konsumen,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 
Kita bukan sekadar konsumen,  Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI 

Kita semua punya pilihan:
Menjadi bagian dari ekosistem yang menjual luka,
atau mendukung yang menyembuhkan dan membangun harapan.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Bagikan jika Anda percaya: bisnis bisa untung tanpa menjual luka dan duka.
Karena setiap keputusan hari ini, adalah warisan untuk dunia esok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun