Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dari Skandal Sritex Menuju Budaya Integritas di Perbankan

22 Mei 2025   14:25 Diperbarui: 22 Mei 2025   20:37 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sritex. (KOMPAS.com/Labib Zamani)

Banyak bank hari ini memiliki slogan bernuansa luhur: trust, integrity, accountability. Tapi kenyataannya, nilai-nilai ini sering kali hanya berhenti di dinding lobi kantor --- belum benar-benar hidup dalam perilaku karyawan dan kebijakan organisasi.

Inilah saatnya bagi industri perbankan untuk melihat ke dalam:
Apakah nilai-nilai korporasi benar-benar telah dijadikan budaya?
Apakah sistem reward dan punishment mendukung perilaku yang jujur dan bertanggung jawab?
Apakah proses rekrutmen dan promosi mempertimbangkan moralitas, bukan sekadar kompetensi teknis?

Transformasi Nilai ke Budaya adalah Keniscayaan

Dalam ilmu manajemen, kita mengenal istilah corporate values dan corporate culture. Nilai adalah pondasi. Tapi budaya adalah perilaku nyata yang terbentuk dari sistem, kebiasaan, dan keteladanan pimpinan. Dan ini tidak bisa dibentuk dalam sehari.

Dari kasus ini, kita belajar bahwa:

  • Integritas pejabat bank bukan hanya persoalan individu, tapi soal sistem yang membiarkan penyimpangan terjadi.
  • Penerapan nilai harus terinternalisasi dari level pimpinan hingga staf frontliner.
  • Pendidikan nilai moral dan etika harus menjadi bagian dari pengembangan SDM bank secara berkelanjutan.

Menjaga Uang Rakyat, Menjaga Martabat Lembaga

Kredit yang digelontorkan oleh bank pemerintah dan daerah pada dasarnya adalah uang publik. Uang dari tabungan, dari pajak, dari hasil kerja keras masyarakat. Ketika dana tersebut disalurkan tanpa tanggung jawab, dan kemudian gagal bayar --- yang dirugikan bukan hanya negara, tapi juga kepercayaan publik.

Bank tidak hanya menyimpan uang. Bank adalah penjaga amanah. 

Dan kepercayaan adalah mata uang terkuat yang dimiliki lembaga keuangan. Kehilangan itu artinya krisis yang tak bisa diatasi hanya dengan modal tambahan atau bailout pemerintah.

Penutup: Momentum Perubahan

Skandal Sritex bukan hanya soal angka dan nama. Ini adalah cermin bagi dunia perbankan Indonesia: sudah sejauh mana kita membangun budaya integritas?

Saatnya bagi pimpinan bank, regulator, dan masyarakat untuk menjadikan kasus ini sebagai titik balik. 

Mendorong reformasi tata kelola kredit, memperkuat sistem pengawasan, dan yang paling penting --- menanamkan nilai integritas sebagai budaya kerja, bukan sekadar semboyan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun