Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Rupiah Menuju Rebound? Mengupas Optimisme Pasar dan Realitas Ekonomi

20 Mei 2025   08:28 Diperbarui: 20 Mei 2025   10:19 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penulis dan pengamat independen, saya merasa perlu untuk tidak sekadar mengutip angka---tetapi memahami konteks di balik proyeksi tersebut. Mari kita telaah:

1. Underperformance Rupiah

Memang benar bahwa rupiah tertinggal dari rekan-rekan Asia-nya tahun ini. Ketika baht dan peso mulai menguat setelah gelombang awal kenaikan suku bunga AS, rupiah justru tergelincir lebih jauh. Ini bisa menjadi sinyal bahwa ada potensi koreksi positif---"what goes down must go up", setidaknya menurut para trader global.

2. Faktor The Fed dan Arus Modal Asing

Jika Federal Reserve mulai menurunkan suku bunganya---seperti yang diperkirakan oleh sebagian besar pelaku pasar menjelang akhir 2025---maka tekanan pada mata uang negara berkembang bisa mereda. Ini bisa membuka kran arus masuk modal asing (portfolio inflows) ke pasar obligasi dan saham Indonesia.

Namun, faktor ini bersifat eksternal dan tidak sepenuhnya bisa dikendalikan oleh pemerintah Indonesia. Kita tetap bergantung pada sentimen global.

3. Fundamental Domestik: Kunci Kekuatan Nyata

Penguatan rupiah bukan hanya soal dolar yang melemah. Ini juga soal kredibilitas fiskal pemerintah, stabilitas moneter Bank Indonesia, dan yang tak kalah penting: stabilitas politik pasca pemilu.

Dengan transisi kepemimpinan yang relatif mulus, dan fokus pada pembangunan ekonomi digital serta hilirisasi industri, Indonesia punya narasi positif di mata investor. 

Tapi narasi saja tidak cukup---yang dibutuhkan adalah konsistensi dan eksekusi.

Rp15.200: Harapan Tinggi, Realita Menanti

Melihat angka Rp15.200 yang dipatok oleh ING, saya pribadi menganggap ini sebagai skenario optimis (best-case scenario). Artinya, ini bisa terjadi jika:

  • The Fed menurunkan suku bunga lebih dari sekali,
  • Harga komoditas ekspor Indonesia stabil atau naik (batubara, CPO, nikel),
  • Tidak ada gejolak politik atau ekonomi yang mengejutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun