Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Ritel Berguguran Bukan Punah Tetapi Berevolusi

5 Mei 2025   14:20 Diperbarui: 6 Mei 2025   09:52 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG

Awal 2025 kembali membawa kabar yang menyesakkan bagi dunia ritel Indonesia. Hypermart Yasmin di Bogor resmi tutup. Disusul gerai lainnya di Pakuwon Mall Surabaya. Sebelumnya, Lulu Hypermarket menyatakan pamit dari kawasan BSD, dan gerai Matahari Department Store perlahan mengecilkan sayap. Deretan kabar ini bukan satu-dua kasus. Ini semacam "musim gugur" bagi ritel modern.

Apakah ritel benar-benar di ambang kepunahan? Atau sebenarnya ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi?

Evolusi pilihan berbelanja saat ini, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 
Evolusi pilihan berbelanja saat ini, Sumber: Dokumentasi pribadi Merza Gamal diolah dengan Generative AI 

Ketika Toko Berguguran, Bukan Karena Tak Laku, Tapi Tak Lincah

Gerai yang tutup kini bukan hanya ritel lokal, tapi juga raksasa yang pernah berjaya. Sebut saja Centro, Debenhams, Lotus, Giant, dan 7-Eleven yang lebih dulu pamit. Bahkan gerai sekelas Hero Supermarket kini menyisakan sangat sedikit lokasi operasional. Matahari, yang dulu jadi simbol kelas menengah Indonesia, menutup puluhan gerainya sejak 2020.

Namun bukan hanya karena kalah bersaing, melainkan karena tidak cukup cepat membaca arah perubahan perilaku konsumen. Dunia berubah lebih cepat dari yang diperkirakan.

Pergeseran Perilaku: Konsumen Pindah ke Layar Ponsel

Jika dulu orang ke mall untuk window shopping, kini cukup buka aplikasi. Tokopedia, Shopee, Lazada, hingga pendatang baru seperti TikTok Shop sudah menggantikan banyak fungsi toko fisik.

Contoh paling nyata: belanja baju dan kosmetik kini cukup buka aplikasi Zalora atau Sociolla. Beli gadget? Orang lebih percaya iBox online, Erafone e-store, atau bahkan langsung ke Blibli yang menyatu dengan ekosistem digital. Bahkan Indomaret dan Alfamart pun kini punya aplikasi sendiri untuk belanja harian dan layanan antar.

Belanja kini soal kemudahan, kecepatan, dan harga yang transparan. Dan semuanya bisa dilakukan tanpa perlu ganti baju atau keluar rumah.

E-commerce: Menjawab Kebutuhan Belanja Cepat dan Praktis

Fenomena flash sale, gratis ongkir, dan pengiriman dalam hitungan jam telah menjadi norma baru. Anda kehabisan popok bayi tengah malam? Tinggal klik Tokopedia Now atau GrabMart, dan pesanan tiba dalam 15 menit. Ingin makan malam spesial tapi malas keluar? GoFood, ShopeeFood, dan Traveloka Eats siap melayani.

Maka tak heran, data Google, Temasek, Bain & Co. (2024) menunjukkan bahwa nilai transaksi e-commerce Indonesia tembus USD 82 miliar, dan akan terus naik seiring populasi digital native yang semakin dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun