Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Kupu-Kupu Malam dan Maestro Idola Sejak Saya Kecil; In Memoriam Titiek Puspa (1937-2025)

12 April 2025   21:21 Diperbarui: 13 April 2025   14:49 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titiek Puspa. (Dok Musica Studios via Kompas.com)

Indonesia kembali berduka. Titiek Puspa, sosok maestro seni yang telah menemani lintas generasi dengan karya-karyanya yang kuat dan menyentuh, wafat pada 10 April 2025 dalam usia 87 tahun. 

Kepergiannya mengingatkan kita kembali betapa besar kontribusi perempuan luar biasa ini bagi dunia musik, film, dan budaya Indonesia.

Dari ratusan lagu ciptaannya, "Kupu-Kupu Malam" mungkin adalah salah satu yang paling berani dan membekas. Dirilis pertama kali pada 1977, lagu ini lahir di tengah dominasi tembang cinta dan asmara picisan di industri musik Indonesia. 

Karya dan dedikasinya tetap abadi dalam ingatan bangsa. Sumber: Kolase dari Instagram/titiekpuspa_official dan Dok Musica Studio
Karya dan dedikasinya tetap abadi dalam ingatan bangsa. Sumber: Kolase dari Instagram/titiekpuspa_official dan Dok Musica Studio

Namun, Titiek Puspa justru memilih jalur berbeda---ia menghadirkan kisah pilu dan realitas perempuan pekerja malam dengan sudut pandang yang manusiawi dan penuh empati.

"Kadang dia tersenyum dalam tangis
 Kadang dia menangis di dalam senyuman..."

Dengan syair yang dalam dan jujur, Titiek Puspa mengajak kita untuk tidak cepat menghakimi, tetapi belajar memahami bahwa hidup tak selalu hitam-putih.

Kenangan Pribadi Bersama Sang Maestro

Saya termasuk generasi yang tumbuh bersama karya-karya Titiek Puspa. Bahkan, saya punya kenangan langsung yang cukup membekas bersama beliau.

Pertama kali saya melihat beliau secara langsung adalah sekitar tahun 1969, ketika Titiek Puspa bersama Bing Slamet dan beberapa artis yang didatangkan Puspen ABRI ke daerah kami untuk menghibur para prajurit yang bertugas di daerah. 

Saat itu, ayah saya masih seorang pejabat kecil di masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru di tengah para prajurit yang dihibur. Saya yang masih anak-anak, tak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi, tapi saya masih mengingat senyum dan aura khas beliau di panggung.

Di rumah, lagu-lagu Titiek Puspa sering diputar lewat piringan hitam oleh keluarga saya. Saya menyukainya tanpa sadar bahwa saya sedang mendengarkan karya seorang legenda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun