Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

War Takjil vs Berbagi Takjil; Siapa Takut...?

6 Maret 2025   13:50 Diperbarui: 6 Maret 2025   13:52 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi takjil di tengah kemacetan Jakarta, Sumber: https://donasi.dompetdhuafa.org/zakat/

Bulan Ramadan selalu menghadirkan kisah-kisah unik yang menghangatkan hati. Dari tahun ke tahun, dua fenomena yang meramaikan suasana puasa di Indonesia adalah War Takjil dan Berbagi Takjil.

Meski sama-sama berpusat pada makanan khas berbuka, keduanya menyimpan makna dan semangat yang berbeda.

War Takjil: Antusiasme yang Jadi Hiburan

War Takjil adalah istilah yang ramai di media sosial untuk menggambarkan "perang" dalam membeli takjil menjelang berbuka puasa. Sebutan "war" muncul karena pembeli sering kali harus berjuang mendapatkan takjil favorit di tengah antrean panjang dan stok yang cepat habis.

Fenomena ini makin menarik ketika pembeli tak hanya datang dari mereka yang berpuasa, tapi juga masyarakat Non-Muslim yang ingin ikut menikmati sajian khas Ramadan.

Tak jarang, konten kreator dan influencer pun ikut memeriahkan War Takjil. Ada yang menyamar menjadi Muslim agar tak dibelakangkan oleh penjual, ada juga yang membuat video perjuangan mereka mendapatkan takjil favorit. Lucu? Iya. Menghibur? Banget.

Bazar Takjil di perkampunganku, Sumber: Dokumentasi Merza Gamal
Bazar Takjil di perkampunganku, Sumber: Dokumentasi Merza Gamal

Akan tetapi, di balik kelucuannya, ada ironi ketika mereka yang berpuasa justru tak kebagian takjil karena sudah ludes diborong. Padahal, tujuan awal penjual takjil adalah menyediakan hidangan berbuka bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa.

Kini, mereka yang berpuasa sering kali harus gigit jari karena takjil favorit mereka habis lebih awal, dibeli oleh mereka yang tidak berpuasa, baik Muslim maupun Non-Muslim. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah semangat Ramadan tetap terjaga jika esensinya, yakni mendahulukan mereka yang berpuasa, justru terpinggirkan?

Berbagi Takjil: Spirit Ramadan yang Menghangatkan

Di sisi lain, ada tradisi Berbagi Takjil yang tak kalah menarik dan lebih sarat makna. Berawal dari semangat berbagi, masyarakat, komunitas, dan individu berlomba membagikan takjil gratis menjelang waktu berbuka.

Tradisi Berbagi Takjil ini benar-benar salah satu wajah indah toleransi dan semangat kebersamaan di Indonesia. Kalau War Takjil menggambarkan antusiasme dalam menikmati suasana Ramadan, Berbagi Takjil justru menunjukkan esensi Ramadan yang sesungguhnya: berbagi dan peduli terhadap sesama.

Yang bikin tradisi ini makin spesial adalah keterlibatan masyarakat lintas agama. Kita sering lihat komunitas Kristen, Hindu, Budha, bahkan kelompok lintas iman, ikut turun ke jalan membagikan takjil. Ini bukan cuma soal makanan, tapi simbol dukungan dan solidaritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun