Namun demikian, konsentrasi kekayaan nasional dalam satu entitas ini juga menimbulkan kekhawatiran: bagaimana jika pengelolaannya kurang transparan atau keputusan investasi yang diambil kurang tepat?
Optimisme atas Danantara terletak pada potensi efisiensi dan percepatan pembangunan. Dengan pengelolaan terpusat, keputusan bisa diambil lebih cepat dan sigap, serta aset negara bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk proyek-proyek strategis.
Selain itu, Danantara berpotensi mendatangkan investasi asing dalam jumlah besar, yang dapat mempercepat pembangunan infrastruktur dan proyek nasional lainnya. Namun, pesimisme juga tak bisa diabaikan. Konsentrasi aset yang terlalu besar dalam satu lembaga menimbulkan risiko tinggi.
Jika terjadi salah kelola atau investasi yang gagal, dampaknya bisa sangat luas bagi perekonomian nasional. Selain itu, kurangnya transparansi dan pengawasan bisa membuka celah bagi praktik korupsi dan nepotisme. Kasus 1MDB menjadi pengingat nyata betapa pentingnya tata kelola yang baik untuk menghindari risiko besar tersebut.
Kita bisa belajar dari Norwegia dan Alaska dalam memanfaatkan kelebihan pendapatan sumber daya alam untuk investasi jangka panjang yang berkelanjutan. Di sisi lain, Temasek dan Khazanah menunjukkan bahwa pengelolaan aset negara yang terfokus dan profesional juga bisa menghasilkan keuntungan besar.
Danantara adalah langkah besar dan ambisius. Untuk menjadi sukses, ia harus mampu menyeimbangkan antara keberanian berinvestasi dan kehati-hatian dalam pengelolaan aset. Dengan pengawasan yang ketat, transparansi, dan akuntabilitas, bukan tidak mungkin Danantara akan menjadi salah satu SWF paling berpengaruh di dunia.
Akan tetapi, sebaliknya, tanpa komitmen kuat terhadap good governance, Danantara berisiko terjebak dalam skenario yang merugikan.
Oleh karena itu, keberhasilan Danantara sangat bergantung pada sejauh mana prinsip-prinsip pengelolaan yang baik dapat diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan.
Dengan begitu, optimisme yang menyertainya bisa benar-benar terwujud, bukan sekadar harapan kosong.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI