Selain itu, Indonesia juga bisa mengambil pelajaran dari peringatan Buffett terkait pengelolaan fiskal. Menjaga defisit anggaran tetap terkendali, mengelola utang dengan bijak, dan memperhatikan kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas.
Dengan demikian, Indonesia tidak hanya bisa menghadapi potensi krisis global dengan lebih baik, tetapi juga memperkokoh fondasi ekonominya untuk jangka panjang.
Penutup
Dalam situasi ini, penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa kebijakan ekonomi AS memiliki dampak global. Mengabaikan peringatan Buffett bisa menjadi awal dari ketidakstabilan yang lebih besar. Sebaliknya, mendengarkan dan mengambil langkah bijak akan membawa manfaat jangka panjang, tidak hanya bagi AS, tetapi juga bagi dunia.
Namun demikian, harapan tetap ada. Jika pasar dan komunitas bisnis bersatu dalam menyuarakan kekhawatiran ini, tekanan pada pemerintah AS bisa semakin kuat. Buffett bukan satu-satunya suara berpengaruh; jika tokoh-tokoh bisnis lain seperti Jamie Dimon dari JPMorgan Chase atau Jeff Bezos dari Amazon ikut bersuara, Trump mungkin tidak bisa lagi mengabaikan sinyal bahaya ini.
Jadi, apakah ini saatnya bagi Washington untuk membuka telinga? Ataukah kita akan melihat pola yang sama berulang, dengan risiko yang semakin besar di depan mata? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Namun satu hal yang pasti, suara Warren Buffett adalah alarm yang sebaiknya tidak diabaikan, terutama ketika taruhannya adalah masa depan perekonomian global.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI