Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Peringatan Warren Buffett dan Dampaknya bagi Ekonomi Global - Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

23 Februari 2025   12:03 Diperbarui: 23 Februari 2025   12:03 9594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Reuters/Photo File

Ketika Warren Buffett berbicara, dunia mendengarkan. Pria yang dijuluki "Oracle of Omaha" ini bukan hanya salah satu investor paling sukses sepanjang masa, tetapi juga sosok yang dihormati karena kebijaksanaannya dalam membaca arah perekonomian global.

Sabtu kemarin (22/02/2025), Buffett kembali mengeluarkan peringatan keras yang ditujukan kepada pemerintah Amerika Serikat. Di tengah laporan rekor laba dan cadangan kas Berkshire Hathaway, yang mencapai $334,2 miliar, ia menyoroti potensi "kebodohan fiskal" yang bisa berakibat fatal jika Washington tidak segera mengambil langkah yang tepat dan bijaksana. (Sumber: Reuters) 

Peringatan Buffett ini bukan sekadar opini tanpa dasar. Dengan latar belakang defisit anggaran yang terus membengkak dan utang nasional AS yang mencapai titik mengkhawatirkan, kekhawatiran ini sangat beralasan.

Menurut data dari Departemen Keuangan AS, utang nasional telah melampaui USD 34 triliun pada awal 2025, sebuah angka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Buffett menegaskan bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan rakyat yang kurang beruntung dan mengelola kebijakan fiskal dengan kehati-hatian.

Kegagalan dalam menjaga keseimbangan anggaran dapat membawa konsekuensi luas yang tidak hanya dirasakan oleh AS, tetapi juga mengguncang stabilitas ekonomi global.

Namun, pertanyaannya adalah: apakah suara Buffett cukup kuat untuk mengubah arah kebijakan pemerintahan Donald Trump? Trump dikenal dengan pendekatan ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan cepat melalui pemotongan pajak dan belanja besar.

Strategi ini memang menghasilkan lonjakan ekonomi jangka pendek, tetapi di sisi lain memperbesar risiko fiskal jangka panjang. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya inflasi dan lonjakan suku bunga yang pada akhirnya bisa memperlambat pertumbuhan.

Reaksi dunia terhadap kebijakan fiskal AS sangat penting, mengingat posisi negeri Paman Sam sebagai jangkar stabilitas keuangan global. Jika Trump tetap pada jalannya dan mengabaikan peringatan ini, pasar keuangan bisa mulai bergejolak. Dolar AS mungkin melemah, imbal hasil obligasi melonjak, dan kepercayaan investor goyah.

Tak hanya itu, lembaga pemeringkat kredit internasional seperti Moody's dan S&P Global Ratings bisa mulai mempertimbangkan penurunan peringkat kredit AS, yang akan memperburuk situasi dan menaikkan biaya pinjaman bagi pemerintah dan sektor swasta.

Di sisi lain, negara-negara mitra dagang AS juga bisa mulai mengambil langkah antisipasi. Diversifikasi cadangan devisa, pengurangan ketergantungan pada dolar, dan strategi perlindungan lainnya bisa menjadi pilihan.

Bank sentral di berbagai belahan dunia, seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ), mungkin merespons dengan kebijakan yang lebih hati-hati untuk menjaga stabilitas finansial di wilayah mereka.

Dampak dan Peluang bagi Indonesia

Bagi Indonesia, gejolak ekonomi AS tentu akan berdampak pada stabilitas perekonomian domestik. Pelemahan dolar AS bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah, sementara ketidakpastian pasar global berpotensi mengurangi arus investasi asing. Namun, di balik tantangan ini, terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan.

Indonesia dapat memperkuat ketahanan ekonominya dengan mendorong diversifikasi pasar ekspor, memperkuat cadangan devisa, dan meningkatkan kerjasama regional untuk mengurangi ketergantungan pada AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun