Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mempertimbangkan dari Berbagai Sudut Pandang sebelum Memutuskan Vasektomi

22 September 2024   07:20 Diperbarui: 22 September 2024   07:33 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan Agama tentang Vasektomi

Pandangan agama memainkan peran penting dalam mempengaruhi keputusan seseorang tentang sterilisasi permanen seperti vasektomi. Setiap agama besar memiliki pandangan yang berbeda terkait hal ini:

  1. Islam: Dalam ajaran Islam, vasektomi dianggap bertentangan dengan prinsip prokreasi yang dianjurkan dalam agama. Islam mendorong umatnya untuk melestarikan keturunan, sebagaimana tercantum dalam hadis, "Nikahilah wanita-wanita yang penyayang dan subur, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lainnya pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i). Meskipun ada pengecualian dalam situasi kesehatan yang kritis, sterilisasi secara umum tidak dianjurkan.
  2. Katolik: Gereja Katolik melarang segala bentuk sterilisasi permanen, termasuk vasektomi. Ajaran dalam Humanae Vitae menekankan bahwa tujuan pernikahan adalah prokreasi dan kesatuan pasangan. Sterilisasi dianggap melanggar keutuhan tubuh dan bertentangan dengan kehendak Tuhan untuk menciptakan kehidupan.
  3. Hindu: Hindu lebih fleksibel dalam pandangannya terhadap vasektomi. Keputusan ini dilihat sebagai pilihan pribadi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, terutama terkait kewajiban dharma (tanggung jawab) dan ahimsa (tidak menyakiti). Jika vasektomi dilakukan untuk kebaikan keluarga dan mencegah penderitaan, biasanya tindakan ini diterima secara moral.
  4. Buddha: Ajaran Buddha tidak memiliki larangan spesifik terhadap vasektomi. Prinsip utama dalam ajaran Buddha adalah menghindari penderitaan. Jika vasektomi dilakukan dengan niat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, dan tidak menimbulkan penderitaan bagi orang lain, tindakan ini dianggap sesuai dengan ajaran Buddha.

Vasektomi sebagai Keputusan Pribadi

Meskipun vasektomi merupakan metode yang sangat efektif, sifatnya yang permanen menuntut pertimbangan matang. Prosedur ini biasanya dipilih oleh pria yang yakin tidak ingin memiliki anak lagi. Meskipun ada prosedur pembalikan vasektomi (reversal), tingkat keberhasilannya tidak selalu menjamin kesuburan kembali.

Sebelum memutuskan vasektomi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan memahami sepenuhnya risiko serta manfaat yang terkait. Selain itu, berbicara dengan pasangan, terutama dalam konteks pernikahan, juga penting untuk memastikan keputusan ini diambil secara bersama-sama.

Kesimpulan

Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang sangat efektif dan bisa menjadi solusi yang baik untuk pasangan yang ingin mencegah kehamilan. Namun, keputusan untuk menjalani vasektomi memerlukan pertimbangan dari berbagai aspek, termasuk pandangan agama, kesehatan, dan tanggung jawab keluarga. Vasektomi tidak hanya soal medis, tetapi juga menyangkut nilai-nilai etika dan keyakinan.

Mempertimbangkan dari berbagai sudut pandang sebelum memutuskan vasektomi adalah langkah yang bijaksana untuk memastikan bahwa keputusan ini membawa manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat.

Dengan informasi yang tepat, diskusi dengan pasangan, serta konsultasi dengan dokter dan pemuka agama, vasektomi bisa menjadi keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.

Penulis: Merza Gamal (Former Direktur Rumah Sakit)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun