Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kepahitan dan Keberanian di Atas Rel Kereta Api pada Masa Lalu

8 November 2023   20:42 Diperbarui: 8 November 2023   20:57 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Diesel & KRL di masa lalu, sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

Setelah menyelesaikan kuliah S1 di Bandung pada tahun 1989, saya memulai karir di ibukota negara. Pada awalnya, saya tinggal dekat dengan kantor, hingga tahun 1994 pindah ke rumah saya di Bekasi dan saat itu saya menggunakan mobil pribadi untuk bepergian.

Namun, pada tahun 2000, tugas kerja membawa saya ke daerah-daerah yang jauh dari ibukota, dan menghadirkan petualangan yang menarik dalam hidup saya.

Di daerah, saya ditempatkan untuk mengurusi proyek besar yang melibatkan banyak orang dan tantangan menarik. Selama bertahun-tahun, saya belajar banyak hal baru, dan saya mulai menghargai keindahan dan keragaman Indonesia yang lebih dalam. Meskipun berat, tugas di daerah tersebut membuka mata saya dan memberi saya wawasan yang berharga.

Pada tahun 2004, saya akhirnya kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan tugas di daerah. Namun, meskipun telah lama tinggal di Bekasi sebelum saya ditempatkan di daerah, saya memutuskan untuk pindah ke rumah saya yang baru di Bintaro, sebuah kawasan yang penuh dengan kehidupan dan potensi baru. Ini adalah awal dari petualangan baru dalam hidup saya.

Di sinilah awal perjalanan saya dengan Kereta Api sebagai moda transportasi sehari-hari ke kawasan Thamrin di Jakarta. Melihat semakin padatnya lalu lintas di Jakarta, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Kereta Rel Listrik (KRL) sebagai cikal bakal KAI Commuter Line.


Awalnya, saya mungkin merasa sedikit terkejut dengan kerumunan dan berdesakan di dalamnya, tetapi seiring berjalannya waktu, saya mulai menemukan kecantikan tersendiri dalam pengalaman ini.

Ketika itu, KRL sebagai Commuter Line Jabodetabek masih terbatas, sehingga saya sering juga menumpang Kereta Api (KA) jurusan Rangkas Bitung-Jakarta Kota. Sementara itu, KRL dari dan ke Bintaro ada dua, yakni Serpong-Tanah Abang dan Sudimara-Tanah Abang.

Perjalanan dengan KA dan KRL ini memberi saya kesempatan untuk merasakan berbagai sisi Jakarta yang berbeda, dari pedesaan hingga pusat kota yang sibuk.

Pada saat itu, KA Rangkas Bitung-Jakarta Kota dan KRL Jabodetabek belum semuanya memiliki AC, dan pintu kereta masih terbuka lebar dengan suara yang cukup bising. Beberapa jalur kereta masih tunggal, sehingga jika ada dua kereta yang berlawanan arah, salah satu harus menunggu di stasiun terdekat.

Semua hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi saya yang membuat perjalanan semakin seru.

Salah satu kenangan yang tak terlupakan selama perjalanan saya dengan KRL adalah tas Doraemon yang selalu menemani saya. Tas itu menjadi lebih dari sekadar barang bawaan; itu adalah sahabat setia yang melindungi saya.

Isi tas tersebut tak hanya berisi perlengkapan sehari-hari seperti payung, jas hujan, dan kotak makanan, tapi juga pisau lipat yang siap digunakan sebagai alat pertahanan dan obeng yang menjadi simbol ketegasan.

Saat malam tiba, kereta rel listrik berubah menjadi panggung yang mencekam. Lampu-lampu kereta yang redup memberi kesan misterius pada perjalanan saya. Dalam kegelapan, suara-suara yang merayap di atas KRL terdengar begitu aneh, seperti orang-orang yang mencari kesempatan untuk mencuri. Saya harus tetap waspada dan siap untuk bertindak cepat jika situasi memburuk.

Setiap hari, saya berangkat dengan hati yang berdebar dan tas Doraemon yang selalu bersiap sedia. Saya tahu bahwa harus menjaga diri dari para copet yang meresahkan. Meskipun pengalaman ini menambah tingkat ketegangan dalam hidup saya, itu juga mengajarkan saya untuk tetap waspada dan kuat di tengah lingkungan yang penuh dengan tantangan.

Namun, setiap perjalanan juga memberikan pelajaran berharga. Saya bertemu dengan orang-orang yang sama-sama melalui situasi sulit, dan kami mendukung satu sama lain.

Perjalanan dengan KRL adalah perjuangan bersama melawan ancaman yang mengintai di kegelapan malam. Tas Doraemon, dengan semua isinya, menjadi simbol keteguhan hati dan semangat yang tak terkalahkan dalam menjaga diri dan keselamatan.

Suasana Stasiun Tanah Abang masa lalu, sumber gambar: Dokumen Pribadi Merza Gamal
Suasana Stasiun Tanah Abang masa lalu, sumber gambar: Dokumen Pribadi Merza Gamal

Seiring berjalannya waktu, situasi pun berubah. KAI Commuter Line menjadi lebih aman dan nyaman, sehingga tidak perlu lagi merasa ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Namun, tas Doraemon tetap menjadi bagian dari cerita hidup saya, mengingatkan saya akan masa-masa sulit dan bagaimana saya berhasil menghadapinya dengan keberanian.

Cerita ini adalah perjalanan hidup saya, dengan semua tantangan, keberanian, dan kenangan yang tak terlupakan di atas rel kereta api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun