Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Sejarah di Rumah Cut Nyak Dhien

17 Juni 2023   17:39 Diperbarui: 29 Juni 2023   14:00 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Namun, takdir kembali menimpa Cut Nyak Dhien ketika pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur. Selanjutnya, Cut Nyak Dhien harus berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Meskipun Cut Nyak Dhien sudah tua dan tubuhnya digerogoti oleh berbagai penyakit, ia tetap tidak menyerah dalam memerangi penjajah. 

Akan tetapi, pada suatu hari, anggota pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya kepada Belanda karena iba melihat kondisinya yang rapuh. Cut Nyak Dhien akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh.

Meskipun ditangkap dan diasingkan, Cut Nyak Dhien tetap memancarkan semangat perlawanan dan memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan rakyat Aceh. 

Oleh karena itu, Belanda memutuskan untuk mengasingkannya ke Sumedang, sebuah tempat yang jauh dari tanah kelahirannya. Di sana, Cut Nyak Dhien dirawat dan kondisi kesehatannya mulai membaik.

Di tengah pengasingannya di Sumedang, Cut Nyak Dhien tetap berperan aktif dalam mengajar agama kepada masyarakat sekitar. 


Ia melanjutkan perannya sebagai pemimpin dan penyemangat perjuangan. Meskipun ia menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya, semangat dan semarak perjuangannya tidak pernah padam.

Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dhien menghembuskan nafas terakhirnya. Wafatnya pahlawan ini menandai akhir perjalanan panjang perjuangannya. Namun, warisannya sebagai salah satu simbol perlawanan terhadap penjajahan masih terus dikenang dan dihormati.

Setelah kematian Cut Nyak Dhien, makamnya tidak diketahui secara pasti hingga tahun 1960. Pemerintah Daerah Aceh melakukan penelusuran dan berhasil menemukan makamnya di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat. 

Makam ini menjadi tempat bersejarah yang terus dikunjungi oleh masyarakat untuk mengenang dan menghormati perjuangan Cut Nyak Dhien.

Kini, Rumah Cut Nyak Dhien menjadi destinasi wisata sejarah yang penting di Aceh. Dengan mengunjungi rumah ini, pengunjung tidak hanya disuguhi pemandangan bangunan bersejarah yang indah, tetapi juga dapat mempelajari kisah perjuangan dan semangat juang Cut Nyak Dhien yang menginspirasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun