Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengimplementasikan Integritas dan Kejujuran dalam Masyarakat

6 Juni 2023   08:22 Diperbarui: 6 Juni 2023   08:30 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Mengimplementasikan Integritas dan Kejujuran dalam Menuju Masyarakat Berkualitas

Integritas, kejujuran, dan keadilan merupakan nilai-nilai yang tinggi dalam ajaran Islam. Surat Al-Mutaffifin (Surah ke-83) ayat 1-6 secara tegas mengingatkan kita akan bahaya dan akibat buruk dari kecurangan serta pentingnya menerapkan kejujuran dalam segala aspek kehidupan. 

Ayat-ayat ini juga membawakan kisah Nabi Syu'aib sebagai contoh nyata tentang arti penting keadilan dalam perdagangan serta larangan terhadap perbuatan zalim dan kerusakan di muka bumi.

Dalam era yang dipenuhi dengan godaan untuk berbuat curang dan mengambil jalan pintas, menjaga integritas dan menghidupkan nilai-nilai kejujuran adalah tantangan yang tidak boleh diabaikan. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas makna Surat Al-Mutaffifin, mengambil hikmah dari kisah Nabi Syu'aib, mengeksplorasi ajaran Rasulullah SAW tentang kejujuran dan integritas dalam menerima amanah, serta mengeksplorasi bagaimana kita dapat mengimplementasikan nilai-nilai ini dalam segala sisi kehidupan.

Dalam Surat Al-Mutaffifin tersebut, Allah SWT mengecam orang-orang yang berbuat curang dalam menakar dan menimbang. Mereka bersikap tidak adil, meminta dipenuhi ketika mereka menerima takaran dari orang lain, namun mengurangi takaran saat mereka menakar untuk orang lain. 

Hal ini menunjukkan sikap ketidakjujuran dan kecurangan yang merugikan pihak lain. Allah SWT mengingatkan mereka bahwa suatu hari mereka akan dihadapkan pada pengadilan-Nya, dan bahwa perbuatan-perbuatan mereka yang curang tidak akan luput dari azab-Nya.

Dalam konteks ini, kisah Nabi Syu'aib juga memberikan pelajaran yang berharga. Nabi Syu'aib diutus kepada kaum Madyan, yang dikenal sebagai kaum pedagang yang sering kali melakukan penipuan dalam perdagangan mereka. 

Beliau mengingatkan mereka untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi perbuatan curang, baik dalam perdagangan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Syu'aib juga mengajak mereka untuk berhenti berbuat kerusakan di muka bumi dan memperingatkan mereka akan azab yang akan menimpa jika mereka tidak berubah.

Ajaran Rasulullah SAW juga menggarisbawahi pentingnya kejujuran dan integritas dalam menerima amanah. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan bahwa barangsiapa menipu atau berbuat curang, maka dia bukanlah bagian dari golongannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun