Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berpengalaman di dunia perbankan sejak tahun 1990. Mendalami change management dan cultural transformation. Menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Siap membantu dan mendampingi penyusunan Rancang Bangun Master Program Transformasi Corporate Culture dan mendampingi pelaksanaan internalisasi shared values dan implementasi culture.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pola Pikir Adaptif Menghadapi Tekanan Krisis Pandemi Covid-19

10 September 2021   08:03 Diperbarui: 11 September 2021   11:01 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengetur pola pikir. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Beberapa ingin mengendalikan situasi, sementar yang lain cenderung melihat diri mereka sebagai korban, mengklaim semuanya di luar kendali mereka dan menutup diri.

Pola kegagalan kita dapat berfungsi untuk melindungi kita saat ini. Namun pada akhirnya, pola tersebut dapat menghambat kemampuan kita untuk beradaptasi dan merespons dengan cara yang dibutuhkan oleh situasi baru. 

Seringkali, kita menyadari ini terjadi hanya setelah interaksi di mana pola kegagalan kita telah menyebabkan gesekan dalam suatu hubungan. Kondisi ini bisa menjadi peluang yang terlewatkan untuk mengambil pendekatan proaktif terhadap situasi tersebut.

Ilustrasi Adaptasi Dalam Menghadapi Tekanan (File by Merza Gamal)
Ilustrasi Adaptasi Dalam Menghadapi Tekanan (File by Merza Gamal)

Semua itu kita lakukan berdasarkan pola pikir dan keyakinan yang kita pegang, seringkali secara tidak sadar, yang memengaruhi cara kita memandang realitas dan membuat kita kurang fleksibel dan mudah beradaptasi dengan keadaan yang berubah. 

Namun, jika kita dapat mengenali bahwa kita beralih ke pola pikir kegagalan dalam situasi stress (biasanya dengan sinyal tubuh seperti telapak tangan berkeringat atau reaksi fisik lainnya terhadap ancaman yang dirasakan).

Tidaklah mendorong diri kita untuk melihat berbagai perspektif, tetapi kita malah pindah ke dunia yang menawarkan lebih banyak kemungkinan. .

Pola pikir status quo mungkin sangat masuk akal dalam beberapa situasi rutin (atau stres rendah), namun kurang berguna ketika keadaan menjadi lebih kompleks dan kita berada di bawah tekanan yang lebih besar. 

Agar menjadi optimal, para pemimpin dan organisasi harus segera beralih ke pola pikir pembelajaran yang dapat beradaptasi.

Bagi para pemimpin, salah satu musuh dari pola pikir adaptif adalah keyakinan bahwa adalah tugas mereka untuk memiliki "jawaban yang benar" daripada mengetahui kapan harus mengajukan pertanyaan yang tepat. 

Kondisi tersebut pada dasarnya adalah jebakan agar kita tidak terlihat jatuh, sehingga mendesak para praktisi untuk mengadopsi apa yang disebut sebagai pikiran pemula. "Dalam pikiran pemula, ada banyak kemungkinan,", sementara "Dalam pikiran ahli, hanya ada sedikit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun