Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yuk.. Saling Mewariskan Nilai Perdamaian

2 Desember 2017   13:18 Diperbarui: 2 Desember 2017   14:14 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia - youtube

Orang tua kita dulu mengajarkan untuk saling memaafkan, ketika anaknya 'berantem' dengan temannya. Tradisi saling memaafkan itu, telah ditanamkan sejak dini. Dan mungkin nyaris tidak ada, orang tua yang mengajarkan anaknya 'berantem' sejak dini. Karena ketika amarah yang tidak terkendali, bisa menghasilkan tindak kekerasan. Dan ketika kekerasan itu terjadi, maka bibit permusuhan itu akan muncul. Dan kalau bibit permusuhan itu terus terjaga, maka perdamaian akan sulit diwujudkan. Sementara, hal ini sangat bertolak belakang, dengan nilai-nilai yang telah telah diwariskan para nenek moyang dan orang tua.

Belajar berdamai dengan perbedaan seharusnya mudah dilakukan. Tapi hal itu terkesan sulit dilakukan, karena banyaknya provokasi yang terus bermunculan di tengah masyarakat. Bahkan di dunia maya pun, provokasi dan informasi hoax semakin masif terjadi. Mungkin hal ini sengaja dimunculkan, karena sebentar lagi Indonesia akan memasuki tahun politik. Hari ini, setahun yang lalu, mengingatkan kita bagaimana masyarakat sudah terancam terbelah, karena persoalan politik. Pilkada DKI Jakarta ketika itu, dibuat 'panas' yang berujung pada turunnya sebagian orang, dan diulangi lagi pada hari ini melalui reuni 212. Semoga, dibalik hiruk pikuk kepentingan kelompok ini, masih ada bibit perdamaian yang bisa ditularkan.

Tantangan Indonesia kedepan memang tidak mudah. Beberapa waktu lalu, kelompok sipil bersenjata di Papua, dikabarkan menyandera ribuan masyarakat tak berdosa. Meski sebagian dibebaskan, potensi konflik di wilayah ini masih saja ada. Disisi lain, polisi juga terus melakukan penangkapan terhadap jaringan teroris, diberbagai daerah. Kelompok radikal terus bermunculan, yang berpotensi bisa bergabung dengan kelompok teror ini. Hal ini pun, berpotensi masih terjadi di tahun 2018 mendatang. Sementara tahun depan, 171 daerah menggelar pilkada. Jika ancaman-ancaman ini tidak segera diselesaikan, dikhawatirkan akan 'digosok' lagi, agar perdamaian yang ada di negeri ini terganggu.

Tidak ada salahnya, jika kita terus mengingatkan kepada saudara-saudara kita. Jangan lagi memandang keberagaman di negeri ini sebagai persoalan. Tuhan telah menganugerahi keberagaman bagi Indonesia. Sebagai prbadi yang taat terhadap perintah Tuhan, semestinya menjadi tugas kita semua, apapun agamanya, untuk menjaga keberagaman yang telah ada itu. Tidak ada gunanya memperdebatkan perbedaan agama atau latar belakang. Sepanjang kita manusia dan tinggal di bumi Indonesia, kita semua bersaudara. Jika kita belum saling mengenal, maka saling mengenallah. Karena Tuhan menciptakan perbedaan di bumi ini, agar manusia saling mengenal satu dengan yang lainnya. Dan perkenalan itulah, yang akan melahirkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

Dan masing-masing agama yang ada di Indonesia, semuanya menjunjung tinggi kemanusiaan dan perdamaian. Tidak ada satupun yang menyarangkan, agar manusia saling membenti. Dan tidak ada yang menyarankan, untuk saling menghujat dan menghakimi. Justru setiap agama yang ada menganjurkan untuk saling menghormati, saling menghargai, dan saling merangkul satu dengan yang lainnya. Dan tidak ada pula tradisi dari masing-masing suku yang ada di negeri ini, yang menganjurkan untuk saling memusuhi suku-suku yang lain. Jika pun ada, banyak daerah yang mempunyai tradisi untuk saling meminta maaf dan memaafkan. Untuk itulah, saling mewariskan nilai-nilai perdamaian bagi generasi penerus, sangat penting untuk dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun