[caption id="attachment_349557" align="aligncenter" width="501" caption="Dewa Ganesha di Kahyangan - Koleksi Comink Astini/Facebook"][/caption]
Film Mahadewa merupakan sebuah kisah tentang permainan Tuhan atau lila, dimana Tuhan dan para dewa menjadi pemerannya. Hal ini memberitahu kita bahwa Tuhan dalam menciptakan dan mengajarkan hukum-Nya dengan menjadikan diri-Nya sebagai suri tauladan. Dengan kata lain, hukum Tuhan tidak diciptakan dengan ‘terjadilah demikian’ akan tetapi hukum Tuhan diciptakan dan diajarkan melalui permainan rohani Tuhan, dan akan diikuti oleh para dewa, para gandharwa, raksasa (iblis), yaksa, manusia dan mahkluk ciptaan-Nya.
Episode 200 (440) Sabtu, 31-01-2015. Pada bagian ini, film Mahadewa mengajarkan pada kita tentang karma, nasib dan tkadir. Kisahnya sebagai berikut:
Rangkaian upacara pernikahan dewa Ganesha sudah sampaipada tahap akhir, dimana sang dewa yang bertubuh besar, dengan gading yang melengkung, sedang mencari cincin di dalam baskom. Oleh karena kecerdikan-Nya, dewa yang berkepala gajah, dewa Ganesha berhasil menemukan cincin yang dicarinya. Para dewa dan para Rsi surga yang menyaksikan acara itu menjadi amat senang.
Wiswarupa, Rsi yang abadi meminta kepada dewanya dewa, Mahadewa, untuk berkenan mengajarkan tentang kebenaran, pengetahuan suci.
Atas permintaan itu, Mahadewa bersabda, "Hari ini adalah hari bahagia. Ganesha sudah memasuki tahap kedua dalam kehidupannya. Karena itulah hari ini bukan Aku yang memberikan pembahasan, tetapi Ganesha, putraku yang akan melakukannya."
"Mematuhi perintah Ayah adalah keberuntungan bagi-Ku." dewa Ganesha menjawab dengan hormat, sebagai wujud bhakti kepada Ayah.
"Ini juga keberuntungan bagi kedua putriku karena telah berhasil melaksanakan pernikahan dengan putra dewi Parwati, Ganesha. Dan juga keberuntungan karena untuk pertama kali, di hadapan Mahadewa dan Adishakti, tempat ini dijadikan sebagai pembahasan tentang pengetahuan dan dipimpin langsung oleh dewa pujaan utama Ganesha" Rsi Wiswarupa menimpali.
Lalu penguasa gunung, raja Himawan ikut merasa senang dan berkata, "Tidak diragukan lagi, ini adalah karma baik anda sehingga kami dapat keberuntungan seperti ini."
"Himawan.. kita semua dapat kesempatan untuk dapat melakukan perbuatan baik karena ini sudah ditakdirkan pada kita" ujar sang Rsi abadi Wiswarupa.
Himawan menjawab, "Wiswarupa..takdir itu ditentukan berdasarkan karma ."
Mendengar percakapan antara Rsi Wiswarupa dengan raja Himawan, Tuhan yang berpribadi sebagai Mahadewa memunculkan sebuah tema diskusi. "Kita mendapatkan suatu bahan pembahasan. Bukan begitu, Ganesha." sabda-Nya kepada dewa Ganesha, putra keduanya.
Dewa Ganesha memberikan persetujuan, dengan menganggukan kepala-Nya. Lalu sang dewa yang bertubuh besar, yang diberi tugas sebagai penghapus rintangan para bhakta-Nya, pemberi anugerah kemakmuran dan penganugerah kecerdasan,memulai pembahasan, sabdanya, "Jadi pertanyaannya adalah apakah takdir kita yang menentukan karma, atau karma kita yang membentuk takdir kita? Setiap kali kita melihat masa lalu, di dalam hati selalu ada pertanyaan bahwa dalam situasi apapun kita berada, apakah alasan utamanya adalah karena karma kita atau karena nasib kita? Tapi karma dan nasib tidak terpisah satu sama lain, bahkan saling melengkapinya. Nasib ditentukan oleh karma dan nasib kita ditentukan dengan karma kita, itulah yang jadi sandaran karma di masa mendatang."
Kemudian dewa Ganesa memunculkan sehelai bulu dari tangan-Nya, dan bulu itu diterbangkan pada ruangan hampa itu. Dewa Ganesha pun menjelaskan, sabda-Nya, "Saat ini bulu ini bersandar pada udara di tempat ruangan ini. Nafas kalian semua bisa mengubah arahnya. Dia tidak punya keinginannya sendiri. Tidak punya kemampuan untuk menentukan arah. Sambil berjalan jauh, jatuh ke lumpur bisa jadi nasibnya. Tapi jika kita tidak melakukan perbuatan apapun, lalu jatuh dari musibah yang menimpa kita, itu tidak bisa kita namai sebagai nasib. Karena dengan kesadaran yang kita punya, kita mampu untuk berbuat sesuatu. Kalau kita tidak mau berbuat, maka akibatnya harus kita tanggung sendiri. Jika nasibnya lebih dominan maka itu akan mempengaruhi nasib kita. Tapi ini juga sebuah kenyataan bahwa kekuatan nasib mampu merubah karma kita. Jalan apa yang kita pilih, itu hanya tergantung pada kita sendiri."
Semua yang hadir merasa amat senang dan sangat beruntung bisa mendengarkan pengetahuan suci yang paling mendasar tentang hakekat karma, nasib dan takdir.
Sementara di Alengka Pura, Rahwana yang angkuh [karena telah mendapat berkat dewa Brahma untuk hidup abadi] sedang berbicara dengan Rsi Pulas/Pulastya. Ia meminta maaf atas perkataannya yang telah melewati batas.
Rsi Pulas mengetahui hal ini akan dilakukan oleh Rahwana. Rahwana bertanya apakah kakeknya mengetahui ramalan tentang masa depan. Rsi Pulas menjawab, "Aku bukan Maha Tahu seperti Tri Dewa. Aku hanya bisa melihat masa depan dari perputaran planet dan perbintangan."
Rahwana lalu bertanya, "Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, kakek?"
"Rahwana.. apakah terbit dan tenggelamnya sang surya tidak mempengaruhi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan? Sama seperti itu sembilan planet yang dalam perputarannya setiap saat mempengaruhi dunia ini."
"Sembilan planet?” Tanya Rahwana bingung.
Sang Kakek Rsi menyebutkan nama-nama planet yang dimaksud. "Matahari, Rembulan, Mars, Merkurius, Jupiter, Venus, Saturnus, Kutub barat dan selatan itulah yang disebut sembilan planet." jawab Rsi Pulas.
Mendengar penjelasan dari kakeknya, terbersit dalam pikiran Rahwana menuju jalan yang baru.
Kembali pada kisah diskusi tentang hakekat karma, nasib dan takdir. Di ruang pertemuan, Rsi Wiswarupa mengajukan pertanyaan pada dewa Ganesha. Ia pun bertanya, "Tapi antara karma dan nasib mana yang lebih penting?"
Dewa Ganesha menjawab dengan kebijaksanaan-Nya yang murni, Ia lalu bersabda, "Karmalah yang bisa mengubah yang baik jadi buruk dan yang buruk jadi baik. Tapi yang Aku maksud dengan karma itu adalah kesempurnaan dari perbuatan. Seperti misalnya; melahirkan saja, karma ayah dan ibu tidak sampai disitu saja. Melindungi anak-anaknya menjadikan dia layak hingga bisa berdiri di kakinya sendiri, itu juga karma dari ayah dan ibu. Memberikan dukungan pada anak, menanamkan sifat baik, memberitahukan kewajibannya. Dan membuatnya jadi pandai itu juga tugas dari ayah dan ibu. Melakukan tugas bukan sebagai formalitas saja, tetapi dilaksanakan sebagai kewajiban. Inilah yang menumbuhkan benih yang baik bagi masa depan kita."
Dewanya dewa atau Mahdewa merasa senang atas kebijaksanaan dewa Ganesha. Iswara yang berwujud pribadi sebagai Mahadewa, bertanya kepada putranya untuk menguji kemampuan dewa Ganesha. "Aku ada pertanyaan padamu, Ganesha. Kau mengatakan bahwa perbuatan dan nasib yang dipilih tergantung pada kita. Tapi bagaimana jika tidak ada yang mau memilih jalan seperti itu, Ganesha? Bulu yang kau terbangkan tadi itu tidak punya arti bagi dirinya, apakah ia jatuh di lumpur atau akan jadi hiasan dikepala seseorang? Jauh dari jalan karma dan nasib, ada sebuah jalan lain yaitu jalan pertapaan. Dunia sampai berabad-abad akan mempertimbangkan tentang karma dan nasib. Dan pertimbangan seperti itu akan terbukti bisa membantu dalam perkembangan di masyarakat."
Dewa Ganesha menjawab, "Tidak senang dipuji, atau takut dihina, artinya suatu keadaan yang jauh dari pengaruh ada atau tidak ada."
Bersambung...
Maksud dari pernyataan tersebut seperti penjelasan berbagai kitab suci Hindu, misalnya seperti pernyataan kitab Sarasamuccaya, sebagai berikut: Adapun orang yang berbudi utama, mereka tidak gembira jika dipuji, tidak sedih jika dicela/dihina, tidak gusar dan pemarah, tidak mengucapkan kata-kata kasar; sebaliknya tetap teguh dalam kebenaran, berhati bersih, dan berpikiran suci. (Sarasamuccaya 306).
Mereka yang arif bijaksana tidak bersedih jika mengalami kesusahan, tidak bergirang hati jika memperoleh kesenangan, tidak digelapkan hatinya oleh kemarahan, ketakutan dan kedukaan hati; mereka yang bijak tetap tenang dan jernih hatinya dalam berbagai situasi. (Sarasamuccaya 505)
Bhagavad Gita II.15, menyebutkan sebagai berikut: Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.
Ditulis Comink Astini, diedit by I Ketut Merta Mupu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI