Mohon tunggu...
Merlin Geme Meda
Merlin Geme Meda Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan sendiri

I am not a great writer. Hanya saya berharap semoga tulisan saya baik juga untuk dinikmati pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesal dan Masa Depan

9 September 2020   04:44 Diperbarui: 9 September 2020   13:20 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan tergesa-gesa, aku kemudian menyampaikan keinginanku itu kepada mereka.

"Boleh dong Bimo, Bapa dan mama akan mendukung apa saja yang kamu inginkan. Kenapa kamu harus minta maaf?" Kata mama.

"Bimo cuma tidak tega saja beri tahu bapa sama mama karena biaya kuliah tidak akan murah. Melihat kondisi bapa dan mama, Bimo kasihan saja." Ungkapku jujur.

Dari sisi meja makan yang lain, bapa menanggapi apa yang aku bicarakan.

"Tidak apa-apa Bimo. Justru bapa sama mama suka kamu punya mimpi seperti itu. Tidak perlu merasa bersalah, itu sudah menjadi tanggung jawab kami sebagai orang tua untuk menghidupkan kamu, termasuk salah satunya membiayai sekolahnu."

"Benar yang dikatakan bapamu Bimo. Bapa sama mama juga ingin hidup kamu di masa depan lebih baik dari hidupnya kita sekarang. Selagi bapa dan mama masih bisa kerja, akan kami usahakan bagaimanapun caranya selagi cara itu baik." Sambung mama setelah membereskan perkakas makan, yang kemudian duduk kembali di sampingku.

Ternyata tanggapan mereka diluar ekspektasiku. Mengetahui kondisi ekonomi bapa dan mama yang tidak mungkin membiayai kuliahku, aku pikir mereka akan langsung membantah cita-citaku itu.

Ternyata Itu semua sangat berbanding terbalik. Mereka orang tua yang hebat. Walaupun dengan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan rendah, namun mereka menanggapi keinginan besarku itu dengan sangat baik, seakan-akan semuanya begitu mudah. Sikap optimis mereka malam itu, secara tidak langsung sangat meningkatkan semangatku untuk meraih apa yang aku inginkan. Aku begitu bangga dititipkan Tuhan pada bapa dan mamaku. Tidak ada lagi kata lain yang saya ucapkan malam itu, selain terima kasih dan ungkapan bahwa aku begitu mencintai mereka.

"Terima kasih. Bimo begitu mencintai bapa dan mama. Bimo janji suatu saat Bimo akan sampai pada cita-cita ini. Bimo bangga punya bapa dan mama."

"Iya, bimo. Bapa mama juga bersyukur dan bangga punya kamu. Sudah baik dan berbakti, kamu juga sangat pintar."Kata mama sambil menarik pundakku untuk dipeluknya.

"Mama tahu tidak, apa yang sekarang Bimo pikirkan?" Tanyaku saat mama memelukku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun