Mohon tunggu...
Mercy Sihombing Advokat
Mercy Sihombing Advokat Mohon Tunggu... Advokat

Hukum dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

#KaburAjaDulu dan Strategi @Sekolah3Jam

23 Februari 2025   20:05 Diperbarui: 23 Februari 2025   20:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih yakin "Indonesia Emas" di Tahun 2045?  Karena yang lebih sesuai kenyataan sekarang adalah, "Indonesia Cemas" bahkan "Indonesia Lemas". Hal itu dilatarbelakangi mayoritas rakyat marah dan kecewa karena makin kesulitan keuangan. Pemerintah dinilai  tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.  Bahkan yang kita dengar, Pemerintah saja kesulitan keuangan. Hadeh, padahal kekayaan alam Indonesia luar biasa besar, masuk kantong siapa itu hasil tambang dan hasil-hasil kekayaan lainnya. 

Indonesia Cemas Indonesia Lemas

Rasa marah Generasi Z dan milenial meledak, selain #KaburAjaDulu viral, BEM  seluruh Indonesia demo #IndonesiaGelap. Masa depan (generasi muda) Indonesia akan gelap gulita karena (oknum) Pejabat dari Pusat sampai Lurah, sangat langka yang bekerja melayani rakyat banyak. Bahkan mahasiswa sudah bersuara, betapa amburadulnya negara ini karena dipimpin pejabat yang tidak amanah. 

#KaburAjaDulu sepertinya lelucon tetapi ternyata di-amen-kan banyak netizen lewat sosmed. Generasi muda Indonesia, termasuk  ribuan korban PHK dan jutaan pengangguran  hopeless untuk mendapat penghasilan yang layak.  Data BPS 2024,  lebih 7,5 juta pengangguran. Itu data yang  tercatat, apalagi pengangguran yang tidak tercatat.  

Pertanyaan dan harapan rakyat, termasuk saya,  kepada Presiden Prabowo, Seberapa banyak stimulus dari Pemerintahan mengatasi pengangguran?  Kapan 7,5 juta manusia Indonesia menganggur itu mendapat pekerjaan  dukungan  stimulus dan fasilitasi Pemerintah? Pemerintah tidak mau  menjamin. Akhirnya yang nyata terjadi adalah "Indonesia Cemas, Indonesia Lemas". 

Entah kapan Presiden sanggup menjawabnya, toh hidup terus berjalan. Jika tak ada peluang nyata di tanah air, maka saatnya membuka wawasan di negeri lain. Pepatah "mangan ora mangan asal ngumpul" sudah ditinggalkan. Saatnya mengejar "Hujan Emas di negeri Orang daripada Hujan Batu di negeri Sendiri." Jadi animo bekerja di luar negeri adalah solusi. #KaburAjaDulu ke luar negeri menjadi pilihan bagi milenial dan Gen Z Indonesia.

Bekerja di Luar Negeri, Why Not?

Fenomena bekerja di luar negeri bukan hal baru bagi rakyat Indonesia. Menjadi TKI dan TKW yang umumnya tidak berpendidikan,  jadi buruh kasar atau pembantu rumah tangga menjadi pilihan rakyat jelata sejak tahun 1970.  

Berbeda dengan para TKI TKW   bergelar “pahlawan devisa” pendukung #KaburAjaDulu yang lebih berpendidikan bergelar "Diaspora". Diaspora adalah  pemegang paspor Indonesia dan atau keturunan Indonesia yang tinggal di luar negeri. Mereka  membuka berbagai usaha atau mayoritas  bekerja profesional; peneliti, pekerja industri, pekerja seni, dosen, kuliah S2 S3 yang lanjut menetap di luar Indonesia. Diaspora Indonesia yang  "harum namanya" dan terlihat “eksis” menjadi role model anak muda. 

Tantangannya sekarang adalah cara mempersiapkan diri supaya menjadi Diaspora dan segera bisa #KaburAjaDulu. Persiapan apa supaya milenial dan Gen Z itu sanggup berkarya, bekerja dan menikmati fasilitas berkualitas di negeri orang. 

#KaburAjaDulu mengincar lowongan kerja profesional terutama  ke negara negara makmur, sebutlah  Australia, Jepang, dan Eropa. Secara khusus Pemerintah Jerman membuka pintu lebar bagi anak muda dengan Program Ausbildung

Ausbildung  adalah program vokasi resmi Pemerintah Jerman, negara  yang sangat membutuhkan pekerja muda yang terampil. Selama tiga tahun, peserta Ausbildung disebut Azubi dilatih praktek dan juga teori sesuai kebutuhan, antara lain mekanik dan programmer IT/AI, atau bekerja di bidang gastronomy, kuliner, perhotelan, perawat rumah sakit dan rumah jompo, menjadi guru,  atau bekerja di perkantoran, asuransi,  dan di bank. Setiap bulan Azubi  digaji Euro 600 - 800 (Rp 10 - Rp 13 jutaan)  selama 1-3 tahun. Bahkan Azubi IT bisa mendapat Euro 1200 (Rp 20 jutaan) perbulan. Biasanya Azubi juga mendapat fasilitas tempat tinggal dan makan siang.

 Tidak heran jika sudah puluhan ribu Azubi Indonesia sampai saat ini. Faktanya mereka bisa hidup nyaman di berbagai daerah kota dan desa di Jerman. Namun apakah mudah masuk Ausbildung?  Bagaimana agar bisa diterima Ausbildung, dan setelah lulus, bisa bekerja full-timer di Jerman, dan tinggal nyaman di sana? 

Tertarik ikut Ausbildung? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun