Mohon tunggu...
Bambang Suharno
Bambang Suharno Mohon Tunggu... -

Penulis buku best seller "Langkah Jitu Memulai Bisnis Dari Nol" dan puluhan buku lainnya. Pembicara seminar wirausaha dan motivasi, Pendiri Indonesian Entrepreneur Society (IES).

Selanjutnya

Tutup

Money

Orang Bodoh pun Ada Rejekinya (Refleksi Bambang Suharno)

10 November 2011   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:49 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah seorang sahabat bernama Anang. Di awal tahun 2000an, ia yang seorang perantau dari Ponorogo Jawa Timur mengalami kebangkrutan di Jakarta. Bukan dari sebuah bisnis besar melainkan hanya usaha produksi telur asin. Sebagai pelaku bisnis yang sangat pemula, kehancuran bisnis sangat menjengkelkan. “Sampai ia mengalami sejenis trauma, setiap melihat telur asin, rasanya mau muntah,” ujarnya terus terang.

Begini ceritanya, sebelumnya ia menjadi pemasok telur asin ke warung-warung di pinggir jalan kota Jakarta. Sumber telur asin didapat dari Kota Karawang. Banyaknya pembangunan gedung perkantoran dan pabrik di Jakarta membuat usaha telur asinnya semakin laris. Dengan semakin banyaknya order, dia melihat peluang membuat sendiri telur asin tersebut. Dia pikir, daripada harus jadi agen lebih baik memproduksi sendiri saja. “Kan untungnya lebih besar”, begitu pikiranya dengan nada optimis.

Ternyata karena pengalaman memproduksi telur asin belum ada, terjadilah pengalaman yang memilukan itu. Hampir semua telur asin yang ia produksi busuk. Dan habislah riwayat bisnis telur asin dengan “bonus” menanggung hutang kepada pemasok.

Dalam situasi yang minus ini, Anang pusing bukan kepalang, sampai akhirnya ia punya ide menjual jasa kursus bahasa Inggris privat. Saat ide ini muncul mendadaktimbul keraguan di hatinya. “Aku kan nggak pandai bahasa Inggris, jangan-jangan nanti menjadi bahan tertawaan murid saya”.

Setelah dipikir ulang keraguan itu sirna. Kalau mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak apa susahnya,” pikirnya.Pikiran ini yang kemudian ia berani membuat keputusan memulai menjual jasa kursus Bahasa Inggris.

Hitung punya hitung, modalnya Cuma iklan baris saja. Segera ia pasang iklan baris di sebuah tabloid yang pembacanya kebanyakan wanita . Biayanya hanya Rp. 70 ribu sekali pasang.Teks iklannya sederhanaPrivat bahasa Inggris hubungi Anang telp:…

Dengan bahasa Inggris pas-pasan ia berani promosi, dengan harapan, muridnya adalah anak-anak yang baru belajar. Sehari setelah memasang iklan, kekhawatiran timbul lagi.Bagaimana kalau yang menelepon nanti adalah orang dewasa yang sudah lumayan Bahasa Inggrisnya. Bagaimana kalau anak-anak tapi sudah lumayan pinter dan bandel? “ kekhawatiran makin menjadi.

Dalam situasi yang dipenuhi kekhawatiran ini, ia berdoa, semoga tidak ada yang melihat iklannya. “aku ikhlaskan saja uang saya untuk media pemasang iklan”.

Dan peristiwa itupun terjadi. Siang itu seorang ibu menelepon.

“Benarkah ini kursus privat?” terdengar suara seorang ibu di ujung telepon

“Ya betul Bu. Putra ibu kelas berapa?” Tanya Anang dengan hati deg-degan.

Bukan buat anak saya. Saya daftar untuk kursus privat untuk saya sendiri”.

Alamak, Anang terkejut bukan main. Apa yang dia khawatirkan menjadi kenyataan. Murid pertamanya adalah orang tua, bukan anak-anak sebagaimana ia harapkan.

Agar ibu tersebut tidak jadi kursus, Anang mencoba memberi tarif kursus yang cukup mahal. Eh ternyata dia mau juga. Apa boleh buat, hari itu juga ia langsung mencari sahabatnya yang guru Bahasa Inggris agar ia tidak kelihatan terlalu tolol mengajar kursus privat untuk orang dewasa. Untunglah sang sahabat itu berik hati dan ringan tangan membantu Anang yang tengah kebingunan. Seharian ia belajar bagaimana mengajar privat. Ia diajari mulai dari bagaimana berhadapan dengan siswa baru yang kebetulan orang dewasa, pelajaran apa yang pertama perlu disampaikan, mengatasi rasa khawatir muridnya lebih pintar dan sejumlah kiat mengajar praktis.

Beberapa hari kemudian tibalah waktunya untuk datang kerumah murid pertamanya. Dengan perasaan deg-degan ia memulai aksinya sebagai guru privat.

Good afternoon mam, this is a picture. In this picture ……..” ia mengajarnya dengan pelan-pelan agar tidak ketahuan bodonya. Sesuai dengan saran rekannya yang guru Bahasa Inggris, ia menjelaskan dengan menggunakan kartu bergambar warna-warni yang menarik perhatian. Sebenarnya kartu bergambar ini diperuntukkan bagi siswa anak-anak, namun tak ada salahnya dicoba buat orang dewasa.

Setelah beberapa saat berlangsung, si Ibu memberi semacam kesan-kesan ke Anang, sang guru privat. “Mas anang ngajarnya enak ya, pelan-pelan jadi lebih ngerti,” ujarmurid pertamanya.

Anang terkejut campur bahagia mendengar pujian yang tak terduga. “Alhamdulilah, ternyata orang bodoh juga ada rejekinya. Pengajar yang belum pintar seperti saya punya pangsa pasar tersendiri,” ujarnya sambil tergelak ketika berkisah tentang pengalaman mengajarnya yang tak terlupakan.

Kisah ini bagi saya sangat menarik.Saya paling tertarik pada kekhawatiran Anang mengenai calon siswanya. Pada awalnya dia khawatir jangan-jangan dia tidak bisa mengajar ketika muridnya adalah orang dewasa. Selanjutnya ia lebih tenang karena berpikir bahwa kemungkinan besar muridnya anak-anak. Yang terjadi kemudian adalah yang ia khawatirkan.

“Apa yang kita pikirkan, entah itu hal baik maupun buruk, itulah yang kemungkinan akan terjadi,” kata seorang pakar.Itulah yang terjadi pada Anang. Kita ingin sesuatu yang baik, tapi pikiran kita fokus pada kekhawatiran mengenai hal buruk, maka yang kemungkinan besar terjadi adalah hal yang buruk. Orang tua jaman dulu menyarankan kalau sedang dalam perjalanan janganlah berbincang soal kecelakaan. Karena dapat mengundang kecelakaan. Petuah kuno ini dalam era modern kerap diabaikan karena tidak punya urutan logika antara berbincang kecelakaan dengan kejadian kecelakaan itu sendiri. Namun kalau ditelaah dari “hukum pikiran” petuah kuno ini menjadi logis. Sebab jika kita berbincang tentang kecelakaan sambil menyetir mobil, maka akan tercipta ketakutan dan kekhawatiran tentang kecelakaanyang kemudian memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Banyak sekali kejadian yang sepertinya magis tapi kemudian dapat ditelusuri dengan hukum pikiran. “Awas pelan-pelan, nanti terpeleset” kata seorang ibu kepada anaknya yang masih kecil. Beberapa saat kemudian, anak itu terpeleset.

Kembali ke kisah Anang.Terbukti bahwa situasi terdesak memang menciptakan kecerdasan , kreativitas dan keberanian. Tatkala dalam kondisi minus, seorang manusia harus punya cara untuk meraih rejeki. Anang yang hanya punya kemampuan Bahasa Inggris, punya ide menjadi pengajar kursus privat dan berani memulai. Umpamanya Anang tidak mengalami keterdesakan, sangat mungkin usaha kursus Bahasa Inggrisnya tidak akan pernah ada.

Jadi, pikirkanlah bahwa kita akan menerima hal-hal yang baik, dan janganlah takut dengan situasi terdesak. Karena di dalam keterdesakan itulah kita dapat menjadi pribadi yang melebihi kemampuan normal.

Email: bambangsuharno@yahoo.com.

Telat terbit buku kumpulan refleksi/motivasi “Jangan Pulang Sebelum Menang”. Dapatkan di Gramedia, atau pesan ke GitaPustaka, telp: 021.78841279. http://www.ahlinaskahpidato.wordpress.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun