Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Nyata: Siasat Mendapatkan Tumpangan untuk Pulang Kampung

10 Juni 2020   21:51 Diperbarui: 11 Juni 2020   08:47 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.tribunnews.com/

Hal inilah yang paling berbahaya, sekali orang tahu akan kelakuan kita yang buruk, maka selamanya orang tidak mau membawa kita dan berita itu akan menyebar cepat dari mulut ke mulut kepada para pemilik perahu bermotor lainnya.

Kebetulan waktu itu penulis belum pernah pulang kampung, karena baru satu tahun sekolah di SMA. Tetapi penulis merencanakan untuk pulang kampung pada akhir tahun, sehingga berbekal informasi dari kedua belah pihak itu, diam-diam penulis memasang strategi.  

Ketika liburan tiba, penulis rajin jalan-jalan di tempat-tempat orang kampung biasa singgah. Karena pada  waktu itu belum ada penginapan seperti sekarang ini, maka mereka akan singgah di rumah penduduk yang punya lanting di sungai. 

Akhirnya penulis mendapat info ada seseorang baru datang dari kampung yang singgah di ujung Tanjung sebelah hilir. Orang itu kampungnya jauh di hulu penulis dan kami berdua tidak saling mengenal sebelumnya.

Penulis sengaja survey ke tempat dia menambatkan perahu bermotornya dan memperhatikan kegiatannya. Karena biasanya jika orang itu mau mudik, maka satu hari sebelumnya dia berbelanja dan akan memuat barang-barangnya, barulah besoknya berangkat mudik.

Tiga hari kemudian, penulis melihat dia sibuk memuat barang. Tetapi lucunya hanya dia sendiri dan pegawai toko saja. Penulis tanpa ragu cepat menolong dia selama seharian sampai barangnya selesai di muat. Lalu dia mengajak penulis minum kopi dan makan. 

Ketika waktunya tepat pada sore hari, penulis menanyakan apakah boleh menumpang dia untuk mudik. Lama dia baru menjawab dan mengiyakan. Besok pukul 7 pagi kamu ke sinilah, saya berangkat jam tujuh, katanya. Penulis berterima kasih, lalu pulang.

Karena tinggal di asrama, barang-barang penulis sudah disiapkan semua jauh hari sebelumnya, jadi tinggal diangkat saja. Besok subuhnya, pukul 5 pagi penulis sudah datang, ternyata pemilik motor itupun sudah bangun. Dia terkejut melihat penulis jauh sebelum jam keberangkatan sudah datang. 

Ketika ditanya apa alasan secepat itu datang, penulis hanya bilang siapa tahu masih ada pekerjaan yang bisa saya bantu. Padahal terus terang saja, penulis takut kejadian yang pernah menimpa kawan-kawan penulis, dikatakan berangkat pukul 6, tetapi pukul 4 pagi sudah berangkat.

Ternyata pukul 6.00 pagi kami sudah berangkat. Sebelumnya penulis sengaja bertukar pakaian dengan memakai celana pendek dan baju kaus lengan pendek. Perahu itu menggunakan mesin diesel Yanmar TS 105, artinya 5+ PK. Penulis melihat dari stand boss nya air selalu mengalir masuk ke dalam perahu bermotor. 

Tanpa di suruh, penulis langsung menimbanya. Celakanya, tempat menimba air ini adalah sangat dekat dengan mesin dan di situ berlepotan dengan olie. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun