Mohon tunggu...
Mentari Shafa Putri
Mentari Shafa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki ketertarikan yang tinggi dalam bidang pendidikan sejarah dan pengembangan media digital.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sangiran 17: The Masterpiece of Sangiran

22 Desember 2022   09:39 Diperbarui: 22 Desember 2022   09:47 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 5. Fosil Sangiran 17.  Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Secara morfologi, Homo erectus dan Homo sapiens memiliki beberapa perbedaan, dimana proporsi tubuh dari Homo erectus lebih kekar dan besar dibanding dengan Homo sapiens. 

Kemudian secara fisik, Homo sapiens lebih lemah dibanding dengan Homo erectus yang mana hal ini menunjukkan adanya evolusi berdasarkan perbedaan tuntutan bertahan hidup dalam kondisi bumi pada masa itu. 

Dan perbedaan yang paling signifikan adalah terkait kapasitas otak Homo sapiens yang jauh lebih besar yang dibuktikan dengan adanya perbedaan dari hasil kebudayaan hidup diantara kedua spesies tersebut.

Gambar 3. Evolusi Tengkorak Manusia Purba. Sumber: https://sains.kompas.com/
Gambar 3. Evolusi Tengkorak Manusia Purba. Sumber: https://sains.kompas.com/

Berdasarkan pada fosil-fosil yang ditemukan di pulau Jawa, tercatat bahwa Homo erectus memiliki masa kehidupan yang beririsan dengan masa perkembangan manusia modern atau Homo sapiens. 

Hal ini didukung oleh temuan fosil Homo erectus pada tahun 1930 di Dusun Ngandong, Jawa Tengah yang dianalisis memiliki usia antara 27.000 hingga 53.000 tahun silam. 


Temuan lain diperoleh berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh Profesor Russell Ciochon dari University of Lowa yang melakukan penggalian baru di samping Sungai Solo dan menyimpulkan usia definitif untuk lapisan tulang di area sana berusia antara 108.000 hingga 117.000 tahun. 

Namun fenomena unik terjadi pada Homo erectus yang hidup di pulau-pulau Asia Tenggara dimana berdasarkan fosil yang ditemukan Homo erectus modern telah mengalami evolusi sehingga proporsi tubuh mereka menjadi kecil, seperti specimen Homo floresiensis atau manusia "Hobbit" yang ada di Flores dan juga Homo luzonensis di Filipina. 

Perubahan ukuran tubuh tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan sumber makanan di lingkungan mereka hidup pada kala itu. Namun untuk daerah pulau Jawa sumber makanan masih tersedia dengan baik sehingga fosil Homo erectus yang ditemukan di area pulau Jawa masih memiliki ukuran tubuh yang normal seperti Homo erectus pada umumnya.

Gambar 4. Rekonstruksi 3 tipe Homo erectus yang mendiami Pulau Jawa. Sumber: https://www.kompasiana.com/
Gambar 4. Rekonstruksi 3 tipe Homo erectus yang mendiami Pulau Jawa. Sumber: https://www.kompasiana.com/
Melalui temuan di Situs Sangiran dapat diperkiran bahwa Homo erectus yang mendiami pulau Jawa terbagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe Arkaik, Tipik dan Progresif. 

Homo erectus Arkaik merupakan tipe yang paling tua, ditemukan pada lapisan lempung hitam Formasi Pucangan dan Grenzbank. Tipe Progresif merupakan tipe yang paling maju, sedangkan tipe Tipik merupakan tipe yang lebih maju jika dibandingkan dengan Arkaik, namun tidak semaju tipe Progresif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun