Mohon tunggu...
Rusydi Hikmawan
Rusydi Hikmawan Mohon Tunggu... -

Igauan guru sekolah dasar di kabupaten Lombok Timur, NTB.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelajaran Tatabahasa dan Mengarang

12 April 2010   23:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:50 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Murid-murid, pada hari senin ini

marilah kita belajar tatabahasa

dan juga sekaligus berlatih mengarang

bukalah buku pelajaran kalian

halaman enam puluh Sembilan

“Ini ada kalimat menarik hati, berbunyi

‘Mengeritik itu boleh asal membangun’

nah anak-anak, renungkanlah makna ungkapan itu

kemudian buat kalimat baru dengan kata-katamu sendiri.”

Demikianlah kelas itu sepuluh menit dimasuki sunyi

murid-murid itu termenung sendiri-sendiri

ada yang memutar pensil dan bolpoin

ada yang meletakkan ibu jari di dahi

ada yang salah tingkah, duduk gelisah

memikirkan sejumlah kata yang bisa serasi

menjawab pertanyaan Pak Guru ini

“Ayo siapa yang sudah siap?”

maka tak ada seorang mengacungkan tangan

kalau tidak menunduk seumbunyi dari incaran guru

murid-murid itu saling berpandangan saja

akhirnya ada seorang disuruh maju ke depan

dan dia pun memberi jawaban

“Mengeritik itu boleh, asal membangun

membangun itu boleh, asal mengeritik

mengeritik itu tidak boleh, asal tidak membangun

membangun itu tidak asal, mengeritik itu boleh tidak

membangun mengeritik itu boleh asal

mengeritik membangun itu asal boleh

mengeritik itu membangun

membangun itu mengeritik

asal boleh mengeritik, boleh itu asal

asal boleh membangun, asal itu boleh

asal boleh itu mengeritik boleh asal

itu boleh asal membangun asal boleh

boleh itu asal

asal itu boleh

asal asal

itu itu

itu.”

“Nah anak-anak, itulah karya temanmu

sudah kalian dengar ‘kan

apa komentar kamu temtamh karyanya tadi?”

Kelas itu tida menit dimasuki sunyi

tak seorang mengangkat tangan

kalau tidak menunduk di muka guru

murid-murid itu cuma berpandang-pandangan

tapi tiba-tiba mereka bersama menyanyi:

“Mengeritik itu membangun boleh asal

membangun itu mengeritik asal boleh

bangun bangun membangun kritik mengeritik

mengeritik membangun asal mengeritik

“Dang ding dung ding dang ding dung

Ding dang ding dung ding dang ding dung

Leh boleh boleh boleh boleh

Boleh boleh asal boleh.”

“Anak-anak, bapak bilang tadi

mengarang itu harus dengan kata-kata sendiri

tapi tadi tidak ada kosa kata lani sama sekali

kalian cuma mengulang bolak-balik yang itu-itu juga

itu kelemahan kalian yang pertama

dan kelemahan kalian yang kedua

kalian enemi referensi dan melarat bahan perbandingan

itu karena kalian malas baca buku apalagi karya sastra.”

“Wahai Pak Guru, jangan kami disalahkan apalagi dicerca

bila kami tak mampu mengembangkan kosa kata

selama ini kami ‘kan diajar menghafal dan menghafal saja

mana ada dididik mengembangkan logika

mana ada diajar berargumentasi dengan pendapat berbeda

dan mengenai masalah membaca buku dan karya sastra

pak Guru sudah tahu lama sekali

mata kami rabun novel, rabun cerpen, rabun drama dan rabun

puisi

tapi mata kami ‘kan nyalang bila menonton televisi.”

1997

Catatan menapaki:

Posting ini saya dedikasikan buat kompasianer yang juga sedang menjadi guru. Terlebih lagi bagi guru bahasa di sekolah-sekolah. Sajak Taufik Ismail ini mengingatkan saya pada guru bahasa saya ketika sekolah. Tak lebih dari apa yang digambarkan penerima American Field Service International Scholarship ini. Karya-karyanya begitu menohok otak saya. Dalam Prahara Budaya membuat saya berpikir keras. Bukan karena sesama alumi Pelajar Islam Indonesia, tapi Kanda Taufik Ismail memang benar-benar membuat saya banyak berpikir kembali. Salam kompasianer.

Oleh Taufik Ismail

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun