Mohon tunggu...
Melisa Angelina
Melisa Angelina Mohon Tunggu... Lainnya - Cubing never stops, neither does writing

Cuber. Writer. Dominan otak kiri.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Mengenang Aplikasi Paint, Biar Lawas tapi Berkelas

27 Mei 2020   16:01 Diperbarui: 27 Mei 2020   22:48 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Process  Flow Diagram Asam Sulfat (Sumber: dokumen pribadi)

Pernah dengar Paint? Ya, aplikasi yang pasti icon-nya nangkring di komputer  berbasis windows. Selawas-lawasnya windows, pasti ada itu aplikasi dedengkot

Paint pernah menjadi aplikasi desain yang popular di tahun 90-an, zaman saya masih bayi. Sayangnya, sekarang keberadaan Paint dianggap sebelah mata, perlahan tergerus aplikasi baru seperti Photoshop, Corel Draw, Adobe Illustrator, atau Microsoft Visio dan AutoCAD untuk yang berbau teknikal. Maklum, dunia teknologi berkembang begitu pesat, sebentar-sebentar muncul aplikasi baru.

Mengenai Paint, saya punya cerita sendiri. Saya ingat, dulu saat wawancara kerja pernah ditanya, “Bisa pakai aplikasi desain?” saya jawab bisa, sembari menyebut Corel Draw dan Paint. Sontak, recruiter menertawakan saya. “Apa tadi kamu bilang? Paint? Mosok bisa Paint aja disebutin.” Saya yang notabene tidak paham kalau itu makian, hanya senyum-senyum saja. 

Dalam hati heran juga, di persyaratan tidak menyinggung tentang keahlian desain, iseng kali? Eh, memang ada yang salah kalau saya menyebut Paint? Selama kuliah, saya selalu memakai Paint untuk urusan olah gambar. 

Saya akui, fiturnya sederhana sekali, tetapi justru itu yang membuat saya cepat bisa. Bahkan, saya sukses membuat process flow diagram (diagram alir) dalam tugas praktek kerja saya, seperti gambar di atas.

Gambar di atas saya buat murni seratus persen dengan Paint, lengkap dengan tulisan-tulisannya. Kalau teman-teman kampus, sih, minimal pakai Microsoft Visio, tetapi karena kendala instal di komputer, tidak bisa dibuka, sementara tugas harus tetap jalan. 

Jadilah saya pakai Paint. Toh, hasilnya mirip saja, hanya kekurangannya korban waktu lebih banyak dibanding membuat dengan aplikasi yang lebih rumit.  Lha daripada berpangku tangan, menunggu contekan?

Di beberapa kasus, saya menyadari beberapa kegunaan lain Paint, berikut hasil temuan saya.

1. Resize (mengubah ukuran gambar)

Terutama dipakai untuk unggah gambar hasil jepretan ponsel pintar yang besar melalui laptop. Dengan melakukan resize, akan mengurangi pemakaian kuota internet dan sekaligus memenuhi persyaratan batas maksimal ukuran gambar yang boleh diupload (contohnya di Kompasiana, maksimal 2 MB).

2. Tempat mem-paste-kan gambar setelah melakukan screenshot (print screen di windows)

Kalau fitur yang ini kayaknya sudah pada tahu, ya.

3. Cropping (pangkas) gambar dan menambahkan coretan-coretan bila diperlukan

Aktivitas sederhana, dari ponsel pintar mudah, sih, tetapi yang kadang bikin gemas kalau sedang buka laptop dan mau potong gambar cuma sedikit masa iya mau transfer file dulu ke ponsel?

4. Sebagai kanvas untuk menggambar dan menulis

Dibantu stylus pen touch (yang lagi ngetren, apa sih namanya?), Paint siap jadi amunisi untuk membuat konten video ajar online. Lumayan, dari pada repot-repot nulis di papan tulis. Selain itu, bisa juga menjadi media menggambar digital, nggak perlu scan lagi.

Contoh konten video ajar (Sumber: youtube.com)
Contoh konten video ajar (Sumber: youtube.com)

Ya, barangkali orang-orang akan merasa bangga jika mahir menggunakan aplikasi desain populer, pun termasuk recruiter yang ngenyek saya tadi (mungkin). 

Padahal, empat tahun saya kuliah, tak banyak dijumpai mahasiswa yang ahli mengulik semua kelebihan Paint, termasuk saya yang masih banyak kurangnya. 

Tapi bagi saya, Paint tetap menjadi aplikasi yang layak dihargai di masa sekarang, terlebih untuk orang awam. Biar lawas tapi berkelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun