Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apresiasi Karya Orang Lain, Apakah Sulit?

12 Agustus 2021   13:37 Diperbarui: 12 Agustus 2021   13:47 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedang memberi apresiasi sabahat (Freepik/diana.grytsku)

Setiap orang berproses dalam berkarya. Memulai dari mencoba membuat karya sederhana, lalu jika terus belajar maka akan semakin terasah, menjadi lebih baik dan lebih profesional. 

Jangankan berkarya, dari awal kehidupan kita pun, kita berproses. Mulai dari belajar mengangkat kepala, membalikkan badan, mengucap kata, berdiri lalu berjalan. Setiap proses dianggap prestasi oleh orang tua kita. 

"Hebat anakku, bisa menyebut kata 'mama'!" hal sekecil itu pun ternyata bisa diapresiasi sebagai prestasi. Lalu saking bangganya, orang tuanya melakukan posting di story instagram atau whatsapp. 

Ibu lain ada yang mengucap "selamat!". 

Tetapi akan ada juga yang ngebatin "Yaelah, anak gue 5 bulan udah nyanyi Twinkle-twinkle Little Star!" Hehehe.. bercanda. 

Tapi nyatanya ada saja yang nyinyir. Entah dianggap sudah telat, biasa saja atau memang sudah masanya saja dia berbicara. Tidak apa sih kalau hanya dibatin dalam hati, tapi kalau sampai diketik dan di post sebagai komentar, apakah tepat? 

Contohnya ketika kita melihat kolom komentar para publik figur,  komentar negatif dari para netizen seringkali tidak pantas. 

Ini hanya contoh kecil, nyata dalam kehidupan sehari-hari. 

Saya sendiri dalam berkarya, baik desain maupun tulisan sangat bahagia ketika mendapat apresiasi, pujian dan komentar dari keluarga, sahabat atau netizen yang saya tidak kenal. 

Kenapa? Karena untuk dapat menunjukkan karya ke publik saja juga  butuh keberanian (bagi saya). "Ditengok saja sudah alhamdulillah". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun