Mohon tunggu...
Melina Purnomo
Melina Purnomo Mohon Tunggu... Financial wealth consultant - Penulis , Pemerhati ekonomi termasuk non-fiksi yang di jejalnya.

Saya seorang penulis lepas n(artikel, resensi buku) pengajar privat inggris dan mandarin,penikmat film, pemain musik piano, gitar dan harmonika amatir dan penyanyi amatir tentunya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kemacetan di Jakarta Mau Dibawa ke Mana?

11 November 2017   20:40 Diperbarui: 11 November 2017   21:20 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setelah membahas bahaya-bahaya apa yang di dapat dari kemacetan yang ada di Jakarta terus menerus ini. Adakah langkah yang dapat menyebabkan kecelakaan sekarang mari kita lebih lanjut dampak negatif yang didapat dari kemacetan ini sendiri. Tentunya kalau kita tidak mengkajinya dengan baik maka yang ada kita akan terus terjebak di dalam kemacetan ini yang mana tentunya berdampak pada psikologis dan fisik kita. Mengapa bisa dikatakan seperti demikian tentunya karena dari sisi kita yang sehari-harinya menggunakan kendaraan pribadi ataukah kendaraan umum kita sama-sama akan mengalami dampaknya. 

Coba kita tengok lagi mungkinkah dalam sehari kita sama sekali tidak mengalami kemacetan jika kita bepergian? Tentu tidak bukan. Kalau sudah begitu antisipasi apa yang harus kita buat agar kita tidak mengalami kemacetan ini terus menerus di tiap harinya. Karena tentunya kita akan kehilangan waktu yang tidak sedikit yang kita buang di jalan. Yang mana yang seharusnya jarak tempuh hanya bisa digunakan 30 menit sampai 1 jam karena terjadinya kemacetan di beberapa titik di ruas jalan. Maka kita akan bermacet ria di jalan. Seperti yang disampaikan oleh saudara saya sebagai saksinya untuk dapat mencapai di kampusnya jika ia mengambil kuliah pagi jam 10 pagi dia sudah harus bangun jam 5 atau 6 pagi dan berangkat jam 7 atau lebih sedikit dari rumah sehingga ia tidak terjebak terlalu lama di jalan. 

Ya itulah memang resiko yang harus kita alami jika kita tinggal di kota Jakarta akan tetapi kita tinggal tidak di tempat yang strategis di Jakarta dan agak pinggiran misalnya di Jakarta timur ; depok ; bekasi atau Bogor. Itulah resikonya. Meskipun sekarang sudah ada transportasi kereta akan tetapi tetap saja tidak terlalu mengurangi tingkat kemacetan yang ada di Jakarta? Jadi akankah kita tetap bepergian di Jakarta dengan bermacet-macet ria dengan menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum? Jawabannya kita sendiri yang dapat menentukannya. Dampak yang kedua yang disebabkan oleh kemacetan yaitu tentunya pemborosan energy atau bahan bakar bensin di kendaraan yang kita gunakan. 

Belum lagi kalau tidak mogok karena terlalu lama kendaraan yang kita kendarai lama di jalan. Tentunya kendaraan kita akan mengalami panas di mesin. Dampak yang masih berhubungan dengan pemborosan bahan bakar yaitu keausan kendaraan lebih tinggi karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek dan radiator yang tidak berfungsi dengan baik dan tentunya pengguanaan rem yang terlampau tinggi. Akankah hal itu juga akan terjadi kepada kendaraan kita masing-masing. 

Kalau sudah begitu hal yang dapat kita lakukan adalah membawa kendaraaan kita ke bengkel dan menyebabkan kita tidak bisa melakukan mobilitas dengan baiknya. apakah masih mau kita semua mengalami kemacetan terus menerus di jalan dengan jalan seperti ini? Kita tentunya mau berusaha untuk menanggulangi kemacetan bukan ? apa langkah yang datang dari diri kita sendiri?

Masih berbicara tentang dampak negative dari kemacetan yaitu tentunya polusi udara pun meningkat. Dimana pada kecepatan yang rendah konsumsi energi akan lebih tinggi pula dan tentunya menyebabkan tidak beroperasi pada kondisi yang optimal. Bagi kita yang memiliki kendaraan bermotor dari dampak negative kemacetan ini akankah diingatkan untuk lebih teliti mengechek kondisi dari kendaraan pribadi kita masing-masing sebelum kita berkendara di kesehariannya? 

Apakah kendaraan kita sudah layak pakai atau kah yang sebaliknya? Memiliki kendaraan bermotor bukan hanya dalam artian kita lepas tinggal dan tidak merawatnya bukan? Mari kita rawat dengan baik keadaan jalan yang kita jalani di tiap harinya untuk kebaikan diri kita sendiri. Karena jika kita teliti melihat di keadaan di jalan di tiap harinya mungkin tanpa kita sadari asap dari kendaraan pribadi ataukah bis dari knalpot mereka mengeluarkan asap yang berlebihan. Inilah yang dinamakan dampak negatif dari kemacetan karena terlalu tingginya atau lamanya mesin yang kita kendarai. 

Kendaraan pun ternyata butuh jam istirahatnya tersendiri yang tidak bisa diforsir. Maka dari itu mari kita lebih cermat untuk menjaga untuk kebaikan diri kita sendiri. Yang lainnya dampak dari kemacetan adalah para pejalan kaki. Di sini saya sebagai penulis akan mencoba untuk sharing sedikit sebagai pengguna jalan yang aktif di tiap harinya. Tidak sedikit saya melihat kemacetan yang masih dalam taraf di dalam kompleks perumahan saya sendri. Tidak ayal setelah saya perhatikan adalah antara lajur kanan dan kiri diberi pembatas tersendiri agar tidak saling melanggar. 

Nah ini sebagai teguran dari saya juga dimana sebagai pengendara kendaraan bermotor roda dua atau empat untuk lebih mematuhi marka jalan. Bukan dalam artian kalian dapat membeli kendaraan anda sekarang tetapi seberapa bijakkah kalian untuk ikut serta dalam mentaati peraturan rambu lalu lintas yang ada. 

Diiringi dengan nilai tingkat kecelakaan yang terjadi di lihat dari para pengguna kendaraan bermotor yang masih di bawah rata-rata. Tentunya dari hal kecelakaan bukan hanya tidak bisa ditanggulangi dengan baik jika kita sudah diperingatkan sedemikian rupa dari hal peraturan lalu lintas yang minim. Tetapi tetap saja kita langgar dan indahkan. Kembali jika penulis boleh memberikan saran membangun. Para produsen pemilik automotive yang ada di Indonesia jangan berpangku tangan saja. Sudah saat nya hal ini kita jadikan masalah milik kita bersama yang harus kita tanggulangi. 

Bukan hanya dapat berjualan produk-produk mereka akan tetapi tentunya juga bijak kepada siapa mereka menjual produk mereka. Itu baru namanya produsen yang paham dan peduli akan masalah yang terjadi di sekelilingnya bukan sekedar bisa menjual saja. Akan tetapi ikut merasakan dampak dari produk yang dijualnya. Jadi mau di bawa kemana arahnya kemacetan yang ada di Jakarta ini? Akankah tetap akan dibiarkan seperti ini ataukah bagaimana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun