Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Menghadapi Kerumunan agar Tidak Terkesan Ikut-ikutan

1 November 2022   06:53 Diperbarui: 1 November 2022   07:55 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerumunan/Foto oleh Mart Pardo/ pexels.com

"Tak hebat karena ikut-ikutan kerumunan tanpa tahu kemanfaatannya. Ikut-ikutan pada kondisi seperti itu malah akan membuat diri merasa 'terjebak'. Yang akhirnya menimbulkan penyesalan."

Saya termasuk orang yang tidak suka berada dalam suasana yang padat. Melihat kepadatan orang dalam sebuah acara membuat mood saya untuk menghadirinya menjadi turun. Tidak ada lagi kenikmatan yang dirasa ketika semua itu terjadi.

Tragedi Kanjuruhan dan Itaewon yang baru-baru ini menggemparkan dunia mengajak saya menyusuri kenangan semasa SMP-SMA dulu. Pada masa itu, tanpa saya inginkan saya terjebak dalam sebuah kerumunan. Rasa gerah dan ingin terbebas dalam situasi seperti itu langsung memenuhi pikiran saya.

Bus kota yang membawa para pelajar di kala SMA masih banyak, tidak seperti sekarang. Salah satu penyebabnya adalah bus Trans dan monorel yang beroperasi setiap hari. Pada masa SMA, dua transportasi yang sering saya gunakan adalah bus kota dan angkot.

Bila keduanya dibandingkan, pengguna bus kota lebih banyak daripada angkot. Angkot terkesan lamban bagi saya dan teman-teman. Banyak teman yang memilih bus kota untuk pulang-pergi karena biaya yang harus dikeluarkan lebih murah. Namun, salah satu yang membuat saya tidak nyaman saat menggunakan transportasi umum adalah berdesak-desakan.

Situasi berdesakan seperti ini membuat beberapa kejadian buruk kerap terjadi. Misalnya, pencurian, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, saya berusaha untuk mencari alternatif transportasi umum lain yang tidak terlalu padat muatannya.

Suatu ketika saya melihat dari kejauhan, tampak sebuah bus yang tidak penuh. Masuklah saya ke sana. Namun, saat kaki saya memasuki bus, saya kaget. Bayangan bisa duduk manis di dalamnya kandas. Di sana telah berdiri banyak penumpang dengan beragam pakaian bahkan hampir mendekati muka pintu.

Melihat kondisi tersebut, saya memilih turun dan menunggu bus yang lain. Saya tidak mau kejadian yang saya dengar dari teman atau berita terjadi pada saya. Para penumpang yang berdesakan dapat memicu tindak kejahatan, salah satunya adalah pelecehan seksual.

Oleh karena itu juga saya sangat berhati-hati dalam menghadapi suatu kerumunan. Membayangkan banyak orang berimpit-impitan di dalam satu lokasi saja sudah membuat penolakan di dalam diri saya. Solusinya adalah mencari alternatif lain yang lebih aman.

Merasa terjebak dan terdesak dalam situasi seperti di Kanjuruhan dan Itaewon pasti sangat tidak menyenangkan. Ketersediaan oksigen dan ruang untuk menghindar dari keadaan yang tidak diinginkan itu akan sangat sulit jika dilihat dari berita yang ada. Setiap orang akan panik mendapati posisi mereka seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun