Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rezeki yang Tersembunyi dari Keberagaman Karakter Anak

28 Mei 2022   14:58 Diperbarui: 12 Juni 2022   20:00 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi karekter anak. (Foto oleh Sharon McCutcheon/pexels.com)

Memiliki anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang besar dari sang Pencipta untuk kita. Setiap pasangan di dunia ini pasti mengimpikan kehadiran anak. 

Ada yang menginginkan hanya dua anak, tiga, atau empat anak. Namun, ada juga yang ingin mendapatkan banyak anak.

Apa pun keinginan pasangan itu, yang terpenting adalah mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua yang baik bagi mereka. 

Tentang persiapan ini, sepasang suami istri harus dibekali pengetahuan tentang bagaimana memiliki mental yang baik terhadap anak. Namun, sebelum itu setiap pasangan harus merumuskan tujuan membentuk sebuah keluarga.

Tujuan dalam suatu aktivitas sangatlah penting. Tanpa tujuan, kegiatan menjadi tidak terarah. Begitu juga dengan pernikahan. 


Pernikahan harus memiliki tujuan. Tujuan setiap orang mungkin saja berbeda, tetapi saya yakin bahwa setiap pasangan menginginkan kehidupan keluarga yang harmonis sampai tua.

Dalam rangka mewujudkan keharmonisan dalam keluarga, kehadiran anak sangat penting. Meskipun pada kenyataannya 'perang dingin' sering terjadi antarpasangan hanya karena ulah anak. Apalagi jika dalam keluarga itu memiliki lebih dari dua anak.

Setiap orang akan memiliki karakter yang berbeda, termasuk anak. Ini adalah tantangan pasangan berumah tangga bahwa menghadapi karakter pasangan yang berbeda saja sudah cukup memusingkan. 

Apalagi ditambah kelakuan banyak anak yang kadang membuat jengkel. Bila ada 2 anak, maka akan ada 2 karakter yang harus dipahami oleh kedua orang tua.

Bila ada lebih dari 2 anak, misalkan 3 atau 4, maka kedua orang tua pun harus memahami karakter ketiga atau empatnya. Dengan memahami karakter setiap anak, maka orang tua akan mampu menyikapi kelakuan mereka sesuai karakternya. 

Penyikapan atas perilaku anak ini dibutuhkan suatu kepekaan yang dalam sehingga keharmonisan akan terjaga dengan sendirinya. Inilah yang sampai sekarang saya pelajari dalam keluarga kecil saya.

Alhamdulillah ada tiga bocah yang dianugerahkan Allah swt. dalam kehidupan saya dan suami. Mereka telah memberi banyak pelajaran kepada kami. 

Mereka menjadi guru kehidupan yang tidak kami dapatkan dari pendidikan formal. Dengan karakter mereka, saya seakan-akan membaca 'buku besar' dan tebal tentang bagian dari kehidupan ini. 'Buku' itu harus dibuka dan dibaca terus agar keluarga kami harmonis.

Karakter dari ketiga anak saya memang berbeda. Benarlah kiranya pepatah yang mengatakan bahwa banyak anak, banyak 'rezeki'. Bagi saya rezeki di sini bukan materi atau uang saja. 

Namun, rezeki yang saya pahami adalah ilmu yang saya dapat dari beragamnya karakter anak. Ilmu ini tidak bisa dihitung dengan angka bahkan dia lebih berharga dari angka itu sendiri.

Betapa banyak ilmu yang saya dapatkan setelah memiliki 3 anak. Ilmu memahami karakter, ilmu tentang penyebab kelakuan anak, sampai ilmu untuk mengatasi perilaku mereka. 

Bahkan ilmu bagaimana menyikapi anak dengan permasalahannya. Semua ilmu itu akan terus dipelajari sepanjang kehidupan ini.

Pernah enggak kita merasa orang tua pilih kasih kepada salah satu anak atau saudara kita? Jawab di dalam hati, ya. Menurut saya, tidak ada satu orang tua pun yang pilih kasih terhadap anaknya. 

Mereka bersikap seperti itu karena pasti ada sebab tertentu. Salah satu penyebabnya adalah mereka sangat paham pada karakter masing-masing anak.

Di masa lalu, saya pernah merasakannya, tetapi setelah menjadi orang tua semua pemikiran dan kesan 'pilih kasih' pada satu anak menjadi hilang. 

Ketika anak sulung saya menyatakan saya pilih kasih kepada si bungsu, maka saya langsung sadar bahwa si sulung butuh perhatian. Saya sadar bahwa selama ini perhatian saya tertuju kepada si bungsu yang menurut saya lebih membutuhkan perhatian.

Saat si tengah mau memeluk saya sebelum tidur, maka saya sadar bahwa dia hanya butuh perhatian. Perhatian yang dulu sering diberikan kepadanya.

Saat ini sudah jarang saya berikan setelah tubuhnya bertambah besar dan dia memiliki adik. Oleh karena itu, saya mengatasinya dengan cara memberikan pelukan kepadanya.

Semua perlakuan dan sikap kita kepada anak mencerminkan keilmuan yang kita miliki. Ilmu ini bisa didapat dari membaca, berdiskusi, atau menonton bersama orang lain yang memiliki keilmuan yang baik. 

Dengan ilmu itu, sedikit demi sedikit anak-anak bisa memahami tindakan orang tua.   Kata 'pilih kasih' pasti tidak akan menjadi keluhan yang keluar dari bibir mereka.

Oleh karena itu, orang tua perlu menyikapi perbedaan karakter anak dengan cara mengamati, merasakan, berbicara (berdiskusi), dan memberi petunjuk atau arahan. 

Sehingga, apa yang menjadi keinginan dan tujuan dari sebuah pernikahan akan terwujud. Hal ini harus dilakukan oleh kedua orang tua.

Orang tua harus sadar bahwa jangan letih untuk terus membuka wawasan. Bila perlu sering-seringlah bermain, membaca, bercerita bersama mereka.

Saya yang rutin melakukan kegiatan bersama anak akhirnya menemukan alasan bahwa karakter yang beragam itu bisa disatukan dengan kesamaan hobi, yaitu bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun