Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pakai Hatimu Saat Mencari Pembantu atau Pengasuh

20 November 2021   15:54 Diperbarui: 20 November 2021   15:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepekan ini kisah pembantu RT dari seorang artis yang menggunakan kepercayaan tuan rumah ternyata berujung petaka. Dunia seakan menjadi terbuka bahwa orang yang sudah dianggap sebagai keluarga sekali pun sangat bisa melakukan kejahatan untuk kehidupan kita.

Saya tahu si artis pasti tidak akan sembarangan memilih seorang untuk membantunya menjalankan aktivitas di rumahnya. Kriteria pasti akan dibubuhkan pada calon yang akan dituju. Jika saya ingin mencari pembantu, saya pasti memiliki kriteria umum dan khusus.

Saya jadi ingat dulu saat mencari pengasuh untuk anak pertama. Dilema banget saat itu. Dilema memikirkan karier dan memikirkan pengasuh yang cocok. Apalagi pada tahun 2013, kisah pembantu yang menyiksa anak asuhnya menjadi momok bagi saya.

Alhamdullah, saya menemukan pengasuh yang cocok bagi saya dan anak. Selain sifatnya yang keibuan, pengasuh saya pun enak diajak ngobrol dari hati ke hati. Dia pun sering membantu pekerjaan rumah sehingga saya malu sendiri dibuatnya. Namun, hati saya tetap merasa ada yang kurang bila menyerahkan anak kepada pengasuh.

Saya tidak ingin anak saya lebih dekat dengan pengasuh ketimbang ibunya. Saya tidak ingin melewati masa emas bersama anak saya. Saya tidak ingin mereka lebih ceria bersama pengasuh daripada dengan saya. Akhirnya, keputusan resign menjadi pilihan bagi saya.

Apakah saya menyesal telah meninggalkan pekerjaan yang hampir 10 tahun saya geluti itu hanya karena anak? Tidak, saya tidak menyesal. Dengan resign saya tahu bahwa sebenarnya anak-anak sangat membutuhkan ibunya.

Apakah saya menyesal telah memberikan pengasuhan anak pada pengasuh setahun lebih? Ya, ada sedikit penyesalan. Selalu ada air mata yang menghiasi hari saya saat itu karena pergi meninggalkan anak. Hati saya seakan tidak tenang meskipun pengasuh sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri.

Saya pun bersyukur sudah mengenal pengasuh anak saya, dan sampai saat ini hubungan kami masih terjalin baik. Dia masih sering berkirim pesan dan menelepon untuk menanyakan anak asuhnya.

Para ibu, saya yakin tidak ada yang ingin memiliki kejadian yang buruk dengan pembantu atau pengasuh. Semua itu bisa kita dapatkan bila kita tetap berpegang dengan prinsip bahwa sebaik apa pun seseorang dalam membantu, kita harus berhati-hati karena sifat seseorang bisa saja berubah. 

Gunakan hatimu ya. Hatimu akan lebih peka dalam menentukan sesuatu. Jangan abaikan bisikan hati yang ragu saat memilih. Lebih baik tinggalkan. Tentunya kita bisa menyelidikinya dulu.

Jangan berikan tanggung jawab yang sangat prinsip pada mereka. Kita tidak pernah tahu bahwa mungkin ada orang lain yang akan mempengaruhi pemikirannya sehingga mengubah pemikirannya terhadap kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun