Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kapan Menyatakan Palliative Care (Perawatan Paliatif)?

17 Februari 2022   12:37 Diperbarui: 17 Februari 2022   19:57 3514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi palliative care (SHUTTERSTOCK)

Ini adalah pernyataan yang kurang tepat, karena justru paliatif disampaikan diawal agar pasien dan keluarga siap ketika terjadi fase akhir kehidupan seperti yang terjadi pada cerita ini.

Penyataan "hanya paliatif saja lagi" pada pasien yang memasuki fase akhir (kematian) terkesan kurang bijak yang nantinya takut akan menjadi berkurangnya perhatian perawatan kepada pasien yang akan meninggal, yang justru sangat diperlukan diakhir hayat.

Pada kasus ini, pasien sebenarnya memasuki tahap End of Life (EoL) care yang merupakan bagian akhir dari palliative care. Dalam EoL care ini sebenarnya pasien sudah matang dalam persiapan menghadapi fase ini. 

Kematangan ini dilaksanakan pada saat perawatan paliatif dimana salah satu yang dipersiapkan adalah ketika pasien memasuki tahap akhir kehidupan, apakah pasien dirawat ke rumah sakit ataukah hanya di rumah saja. 

Jika terjadi henti jantung, apakah pasien akan dilakukan resusitasi atau tidak, ketika sakaratul maut, maka siapa yang mendampingi di samping untuk menuntun bacaan, pasien dikuburkan di mana, pembiayaan pengobatan menggunakan dana apa, bahkan ketika pasien meninggal maka segala harta warisan dan hibah sudah dipersiapkan kepada penerimanya.

Dewasa ini, membicarakan tentang prediksi kematian berdasarkan data kepada pasien ataupun keluarga bukan hal tabu dan harus dihindari. Justru dengan membicarakan sejak awal akan membantu pasien melewati tahap kesedihan dengan baik. 


Berdasarkan teori oleh Dr. Elisabeth Kubler-Ross, dijelaskan bahwa tahap kesedihan terbagi menjadi 5 tahap yang harus dilewati yaitu denial (menyangkal), anger (marah), bargaining (menawar), depression (sedih), dan acceptance (menerima). 

Ketika suatu kasus ditutup-tutupi kepada penderita, maka justru akan memperlambat fase penerimaan pada tahap kesedihan dari pasien tersebut, sehingga seolah-olah menimbulkan harapan palsu yang nantinya ketika pasien masuk dalam tahap End of Life (EoL) care justru terjadi ketidaksiapan dan pasien meninggal dalam kondisi terkesan terabai tanpa persiapan yang harusnya bisa dilakukan sejak awal. 

Justru dengan perawatan paliatif, akan membantu pasien mempercepat tahap penerimaan dan akhirnya dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan bantuan tim paliatif dan juga keluarga inti.

Palliative care bukanlah pernyataaan keranjang sampah yang diberikan pada pasien yang sudah mengalami fase menjelang kematian.

Palliative care justru pernyataan yang diberikan sedini mungkin kepada pasien terminal yang bertujuan justru untuk membantu pasien untuk menghadapi hari akhir dengan damai, akhir yang baik dan meninggalkan kesan yang baik baik terhadap dirinya maupun keluarga.

Salam sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun