Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Begini Cara Melakukan Uji Kulit pada Pasien Alergi Obat

16 Juli 2016   18:28 Diperbarui: 17 Juli 2016   17:55 6526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tipe IV (Tipe Lambat)
Reaksi hipersensitivitas ini dikenal juga dengan Delayed Type Hypersensitivity (DTH), dalam hal ini tidak ada peranan antibodi karena reaksi ini terjadi akibat respon sel T yang telah disensitasi oleh antigen tertentu.

Keadaan klinik yang dapat terjadi pada tipe ini adalah seperti gangguan paru (sesak nafas, demam, batuk), terbentuknya cairan paru, kerusakan mukosa misalnya pada mulut bagian dalam, gangguan hati dan ginjal.

Contoh alergi obat yang paling sering terjadi pada kasus ini adalah Sindrom Steven Jhonson di mana kematian yang terjadi bukan karena reaksi hipersensitivitasnya seperti tipe I, tetapi kematian terjadi karena infeksi yang menyerang saat terjadi kerusakan mukosa akibat reaksi tipe IV ini.

Sindrom Steven-Johnson sebagai salah satu contoh alergi obat tipe IV (sumber: http://vrachfree.ru/en/diseases-en/item/8109-syndrome-stevens-johnson-en)
Sindrom Steven-Johnson sebagai salah satu contoh alergi obat tipe IV (sumber: http://vrachfree.ru/en/diseases-en/item/8109-syndrome-stevens-johnson-en)
Alergi Obat Tidak Dapat Ditebak
Seperti yang disebutkan di awal tulisan tadi bahwa alergi obat adalah sesuatu yang tidak diinginkan tetapi kita tidak dapat menebak hal ini dapat terjadi pada siapa, di mana dan kapan waktunya. Saat terjadinya reaksi pada seseorang, maka penting sekali untuk cepat dalam penangangan awal terjadinya reaksi alergi. 

Namun, yang tidak kalah penting adalah bahwa pasien harus senantiasa mengingat selama hidupnya bahwa dirinya mempunyai alergi obat bahkan harus mengetahui jenis obat yang dicurigai menyebabkan alergi tersebut. Karena hal tersebut sangat membantu dokter dalam menentukan langkah terapi selanjutnya dalam mengobati pasien.

Bagi dokter sendiri, wawancara (anamnesis) mengenai riwayat penyakit, mengetahui obat-obatan yang pernah dikonsumsi dan memerhatikan riwayat gejala alergi pada pasien merupakan salah satu cara yang penting untuk mendiagnosis kemungkinan alergi obat pada pasien.

Dokter akan senang sekali begitu mengetahui bahwa pasien mempunyai catatan tentang kemungkinan alergi obat, karena hal tersebut sangat membantu meminimalisasi kejadian tidak diinginkan yang tentunya berguna bagi kedua belah pihak.

Insidensi (angka kejadian) efek samping obat belum diketahui dengan pasti. Penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa efek samping obat yang terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit berkisar antara 6-15%. Insidensi di luar rumah sakit biasanya kecil, karena kasus tersebut jika ringan tidak dilaporkan. Reaksi alergi obat merupakan 6-10% dari efek samping obat.

Mari Uji Kulit yang Sederhana
Jika kita menghadapi pasien dengan alergi obat atau curiga alergi obat khususnya golongan antibiotik, maka diperlukan pemilihan obat antibiotik yang jarang menyebabkan alergi. Jika pasien mengalami infeksi berat seluruh tubuh (sistemik), tentunya pemberian antibiotik mutlak harus diberikan. Namun obat yang jarang terjadi alergi obat bukan berarti tidak dapat menyebabkan alergi. Sehingga setelah kita menentukan jenis antibiotik yang akan digunakan, maka diperlukan uji kulit untuk memastikan bahwa pasien yang akan diberikan antibiotik aman terhadap pemberian obat tersebut.

Salah satu tes yang sederhana, cepat dan mudah dilakukan adalah tes cungkit (Skin Prick Test). Berikut adalah cara sederhana tes cukit yang dilakukan oleh dr. Deshinta Putri Mulya, Sp. PD-KAI, Spesialis Penyakit Dalam konsultan Alergi Imunologi yang bertugas di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, pada kasus pasien seorang wanita dengan luka kaki diabetes dengan infeksi berat yang harus diberikan antibiotik namun pasien memiliki riwayat alergi antibiotik.

dr. Deshinta Putri M, Sp. PD-KAI saat menjadi pembicara (Sumber: FB Deshinta Putri Mulya)
dr. Deshinta Putri M, Sp. PD-KAI saat menjadi pembicara (Sumber: FB Deshinta Putri Mulya)
Sebenarnya banyak pilihan antibiotik yang bertujuan untuk desensitasi dan sekaligus uji kulit di mana jika tidak terjadi reaksi dapat digunakan untuk pemberian antibiotik selanjutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun