Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kursi Roda Elektrik Berbasis Perintah Otak, Sederhana atau Rumit?

28 Maret 2016   00:05 Diperbarui: 28 Maret 2016   09:33 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Area Pada Otak dan Fungsinya (Sumber: computer.howstuffworks.com)"]

[/caption]Namun terkait dalam perintah gerakan kursi roda, tidak sesederhana ketika seseorang berpikir untuk berjalan maju dan mundur sehingga terjadi gerakan kursi roda. Gerakan kursi roda baik maju atau mundur bisa terjadi dengan kombinasi aktivitas otak dari area motorik maupun sensorik. Yang namanya otak, walaupun sudah konsentrasi untuk melakukan perintah, kadang sering terjadi pikiran-pikiran lain di luar perintah sehingga itulah yang menyebabkan sinyal tidak murni dan terjadilah yang disebut dengan noise.

Cara Kerja Brain Computer Interface
Terdapat 32 titik di kepala untuk dipasang elektroda dan diberikan gel (jelly) elektroda. Sinyal yang ditangkap oleh elektroda dibawa ke amplifier sehingga bisa diolah di software EEG di laptop. Ketika koneksi terbangun, pada layar monitor laptop muncul gambaran grafik tertentu yang dikirimkan oleh otak. Setiap memikirkan sesuatu atau tidak sengaja menggerakkan tangan, mata atau bagian tubuh lainnya, bentuk grafik akan berubah.

[caption caption="Proses Brain Computer Interface (Sumber: engadget.com)"]

[/caption]Tentunya sinyal yang telah diamplifikasi akan menimbulkan noise yang banyak, sehingga sinyal yang masuk di filter dari noise-noise yang ada dalam pikiran, hanya disisakan dengan frekuensi tertentu untuk instruksi gerakan kursi roda berupa maju, mundur, kiri dan kanan. Sinyal instruksi itulah yang dikirimkan ke pengontrol di bagian bawah kursi yang kemudian menerjemahkan perintah ke kursi roda untuk bergerak.

Grafik di layar laptop pun langsung berganti dengan layar hitam yang dihiasi empat kotak yang berkedip-kedip, di mana masing-masing kotak berada di sisi kanan, kiri, atas dan bawah. Grafik di layar laptop dapat berperan sebagai stimulan gambar agar kursi roda berjalan sesuai dengan ayah yang diinginkan. Meskipun terdapat delay selama beberapa detik, misalnya dari perintah gerak lurus ke depan lalu beralih belok kanan atau saat perintah untuk berhenti, namun hal ini diyakini akan dapat diatasi seiring berjalannya waktu. Salah satu cara adalah dipasangnya sensor di mana laju kursi roda akan berhenti bila sensor mendeteksi adanya benda sejauh 30 sentimeter. Memang gerakan kursi roda tidak seluwes saat digerakan dengan tangan.

Prospek di Masa Depan
Berbicara tentang prospek artinya berbicara tentang kemungkinan dan harapan. Apakah mungkin bahwa suatu saat kursi roda berbasis perintah otak ini akan tercipta dengan baik? Di mana gerakannya sangat luwes (tidak kasar), dapat bergerak tanpa harus konsentrasi tinggi dan memiliki tingkat ketapatan yang tinggi. Tidak ada hal yang tidak mungkin jika melihat perkembangan teknologi sekarang ini. Yang pasti harapan dari kemungkinan tersebut adalah jika hal tersebut terjadi maka hal ini membantu para penderita yang mengalami kelumpuhan untuk meningkatkan mobilitas mereka tanpa ketergantungan orang lain atau minimal mengurangi ketergantungan tersebut. Dan yang paling penting adalah jika produk berhasil, semoga biaya produksinya bisa semurah mungkin mengingat menurut Dr. Arjon, biaya prototip sendiri sudah memakan biaya di atas 100 juta.

Ada beberapa catatan kelebihan dan kekurangan dari kursi roda elektrik prototip yang telah dikeluarkan ini yaitu:


Kelemahan:

  1. Masih menggunakan penutup kepala yang ketat agar elektroda menempel tepat di posisi kepala yang diinginkan,
  2. Masih menggunakan banyak gel elektroda di kepala yang mengganggu kenyamanan,
  3. Penggunaan masih cukup melelahkan sebab otak dituntut berkonsentrasi penuh saat menjalankan roda,
  4. Gerakan kursi roda masih kasar.

Kelebihan:

  1. Hanya menggunakan pikiran,
  2. Tidak perlu menggunakan tangan sehingga dapat digunakan pada orang yang lumpuh kaki dan tangan.

[caption caption="Pilih mana? (Dok.pri)"]

[/caption] Salam sehat,

dr. Meldy Muzada Elfa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun