Halo kembali lagi bersama saya Melania Dela. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang konsep tanda menurut Roland Barthes, seorang tokoh penting dalam bidang semiotika atau ilmu tentang tanda. Kita sering melihat, membaca, dan menggunakan berbagai tanda dalam kehidupan sehari-hari — mulai dari simbol di jalan raya, gambar dalam iklan, hingga gaya berpakaian seseorang. Namun, tahukah kamu bahwa semua hal itu memiliki makna tersembunyi yang bisa diungkap melalui teori semiotika? Nah, di sinilah peran pemikiran Roland Barthes menjadi sangat menarik untuk dipahami.
Mengenal Roland Barthes dan Semiotika
Roland Barthes adalah seorang filsuf, kritikus sastra, dan ahli semiotika asal Prancis yang lahir pada tahun 1915. Ia dikenal karena kemampuannya dalam membaca makna di balik teks, gambar, dan budaya populer. Barthes mengembangkan teori semiotika modern dengan menekankan bahwa setiap hal di dunia ini bisa menjadi tanda, dan tanda-tanda itu selalu membawa makna tertentu bagi masyarakat yang menggunakannya.
Menurut Barthes, tanda terdiri atas dua unsur utama, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari tanda — misalnya kata, gambar, atau simbol — sedangkan petanda adalah makna atau konsep yang ada di balik penanda tersebut. Ketika kedua unsur ini digabungkan, muncullah apa yang disebut tanda (sign).
Namun, pemikiran Barthes tidak berhenti di situ. Ia menambahkan lapisan baru dalam teori tanda yang disebut denotasi dan konotasi. Denotasi adalah makna langsung atau makna “kamus” dari suatu tanda, sementara konotasi adalah makna tambahan yang muncul karena konteks sosial, budaya, dan ideologi.
Konsep Denotasi dan Konotasi dalam Tanda
Untuk memahami konsep ini, bayangkan sebuah gambar bendera merah putih. Secara denotatif, bendera itu hanyalah kain dua warna: merah di atas, putih di bawah. Tapi secara konotatif, bendera itu melambangkan semangat nasionalisme, keberanian, dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dari contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa Barthes ingin menunjukkan bahwa tanda tidak pernah netral. Ia selalu sarat dengan nilai, ideologi, dan makna tersembunyi yang diciptakan oleh masyarakat.
Barthes juga memperkenalkan konsep mitos (myth) dalam semiotikanya. Mitos di sini bukan berarti cerita legenda, melainkan cara masyarakat membangun makna dan keyakinan melalui tanda-tanda budaya. Misalnya, dalam iklan, sering kali tubuh ideal digambarkan sebagai simbol kesuksesan dan kebahagiaan. Padahal itu hanyalah mitos modern yang diciptakan oleh media untuk memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap kecantikan dan kebahagiaan.
Tanda dan Mitos dalam Kehidupan Sehari-hari
Barthes banyak menganalisis kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna di balik tanda-tanda yang tampak biasa. Dalam bukunya Mythologies (1957), ia meneliti berbagai fenomena populer seperti iklan sabun, foto selebritas, pertandingan gulat, hingga citra makanan.