Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Cerita Hantu dan Rasa Takut

18 Maret 2020   14:15 Diperbarui: 18 Maret 2020   14:25 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel serial Creepy Case Club (dokumentasi pribadi)

Mari berkenalan dengan 3 kawan belia kita: Namira, murid pindahan dari Riau; Vedi, yang dipanggil Si Makhluk Planet karen suka dengan astronomi; serta Jani, Sang Princess yang cantik dan pintar. Ketiganya merupakan siswa SD Baruna Vidya Jakarta yang menyebut diri mereka Creepy Case Club. Mereka bertiga adalah tokoh dalam serial novel yang ditulis oleh Rizal Iwan dan diterbitkan oleh Penerbit Kiddo KPG. Ketiganya berkutat untuk menyelesaikan kasus-kasus yang melibatkan makhluk-makhluk supranatural.

Pertanyaanku ketika mulai membaca seri pertamanya yang berjudul Kasus Nyanyian Berhantu: kok mereka nggak takut ya?

Sedikit aku ceritakan Kasus Nyanyian Berhantu. Namira, yang baru pindah dari Riau, diolok-olok temannya ketika menyanyikan lagu Soleram untuk tugas sekolahnya. Kata temannya, lagu Soleram adalah lagu pemanggil hantu. Namira yang tidak percaya pada olok-olok tersebut kemudian mencoba menyanyikan lagu Soleram pada dini hari.

Awalnya, tidak ada yang terjadi pada Namira tapi kemudian Namira mengalami banyak hal aneh. Seperti tiba-tiba buku PR Namira yang hilang dan berganti menjadi rambut yang basah, buku PR yang ditemukan di rak boneka dan ganti boneka Maleficent yang menghilang, dan ada bayangan-bayangan yang membuat merinding. Akhirnya, Namira mencoba memecahkan misteri keanehan yang dialami Namira dibantu Vedi dan Jani.

Sepertinya, kalau aku yang mengalami hal-hal yang dialami oleh Namira, aku akan depresi. Bahkan untuk mencoba menyanyikan lagu Soleram pada dini hari saja aku akan berfikir ribuan kali.

Buku ini sebenarnya mengingatkan pada serial Lockwood & Co yang ditulis oleh Jonathan Stroud. Tidak sama persis sih. Kalau di dunia yang dibangun di novel Lockwood & Co, memang anak-anak berlomba-lomba untuk bisa menjadi 'pemburu hantu' karena itu pekerjaan keren dan tidak bisa dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan dunia dalam Creepy Case Club ini, sama dengan dunia yang kita huni.

Kak Rizal Iwan mengatakan bahwa beliau menulis serial ini karena kerinduannya pada buku-buku detektif remaja, seperti Lima Sekawan dan Trio Detektif, yang menemani masa kecilnya. Namun dengan modifikasi yang melibatkan hantu sungguhan. Kalau di ceritanya Trio Detektif kan Alfred Hitchock-nya tidak suka dengan penjelasan yang berbau mistis.

Aku sadar, tidak semua orang pengecut seperti aku. Banyak orang yang sedemikan beraninya untuk menantang dunia. Mungkin anak-anak Creepy Case Club ya seperti itu. Bayangkan saja. Anak-anak ini setelah mengalami kejadian yang 'ajaib' mereka masih bisa bernafas dan bercerita keesokan harinya.

Awalnya, aku sempat agak ragu. Aku berani bacanya nggak ya? Walaupun ini buku anak-anak, sih. Tapi kan berhantu.

Pada akhirnya, aku berhasil menyelesaikan ke 3 buku ini. Aku membacanya siang hari. Meskipun ya, meskipun aku, yang biasanya solat subuh di ruang depan, sekarang kalau solat subuh nyempil-nyempil di antara tembok kamar dan kasur. Jadi suka merinding, Cuy.

Aku juga yakin, sih, tidak semua anak sepemberani Namira dan kawan-kawan. Ini kalau anak-anak yang baca bakal memberikan efek traumatis kayak aku nggak sih? Kan kasihan orangtuanya kalau habis baca buku, anaknya malah nggak berani ngapa-ngapain sendirian.

Aku nonton siaran Youtube Penerbit KPG yang membahas tentang buku ini bersama penulisnya dan seorang psikolog. Kata Kak Rizal, memang ada anak yang ketakutan setelah membaca prolog buku Kasus Nyanyian Berhantu. Namun karena Si Anak penasaran, akhirnya dia meminta orangtuanya membacakan buku tersebut. Setelah anak ini mengetahui kisah lengkapnya, Si Anak tidak lagi merasa ketakutan.

Emang sih, bagian prolognya buku-buku Creepy Case Club ini mencekam. Misalnya di Kasus Nyanyian Berhantu, buku cerita dibuka dengan sosok yang muncul setelah seorang anak menyanyikan lagu Soleram. Dan bayangan adegan ini yang membuatku tidak nyaman untuk solat sendirian di kamar depan.

Namun seiring jalannya cerita, Kak Rizal memberikan penjelasan bahwa makhluk gaib yang ada dalam cerita Creepy Case Club tidak jahat. Mereka malah membutuhkan pertolongan.

Walaupun melibatkan hal-hal mistis, tapi menurut Kak Rizal buku ini bukan untuk menakut-nakuti. Buku ini memberikan perspektif lain tentang rasa takut kita pada hantu kalau ceritanya dibaca sampai akhir. Gagasan bukunya sendiri adalah untuk mengajak anak berfikir kritis.

Hal itu memang aku sadari juga, sih. Terutama ketika aku membaca buku ketiga yang berjudul Kasus Kutukan Congklak. Ketika anak-anak Creepy Case Club menghadapi sebuah masalah yang mereka tidak mengerti, mereka mencoba untuk menghubungkannya dengan pengalaman mereka dan informasi yang didapat. Ketika kesimpulan mereka salah, mereka akan menelusuri lagi informasi lain yang bisa mereka peroleh hingga mereka mendapatkan jawaban yang benar. Hal ini, menurutku, bisa membangun logika berfikir anak juga.

Yang menariknya, menurut Kak Rizal berdasarkan testimoni yang didapatnya, yang sering ketakutan membaca buku Creepy Case Club adalah orang dewasa. Kemungkinannya, orang dewasa sepertiku, sudah memiliki persepsi sendiri tentang hantu. Berbeda dengan anak-anak yang masih membuka pikirannya untuk sudut pandang lain tentang hantu.

Menurut Kak Anna Surti, seorang psikolog anak yang juga menjadi narasumber dalam tayangan Youtube KPG, buku cerita horor dengan kadar tertentu malah bagus untuk anak. Karena buku-buku tentang hantu atau sesuatu yang berbau misteri dapat membuat anak menjadi pembaca yang tekun.

Hantu adalah sesuatu yang biasanya digunakan orangtua untuk menakut-nakuti anak. Ketika ada anak yang tidak mau makan, ada orang dewasa yang bilang, "nanti kamu yang dimakan hantu kalau kamu tidak mau makan." Padahal, hantu itu sesuatu yang tidak ada dalam kehidupan anak sehari-hari.

Karenanya, kalau ada cerita-cerita tentang hantu (dengan kadar anak-anak), mereka akan antusias untuk membacanya karena penasaran. Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa cerita misteri mendorong anak-anak untuk membaca cerita tersebut berulang-ulang sehingga anak akan mendapatkan sudut pandang lain tentang rasa takutnya. Hal tersebut juga dapat membangun sikap kritis dan kebiasaan untuk membaca lebih detail.

Buku cerita, jelas berbeda dengan film. Jika membaca buku, kita bisa memiliki bayangan sendiri tentang hantu atau misteri yang sedang dibaca. Kita juga memiliki pilihan untuk mengesampingkan ketakutan pada sosok hantu dan fokus pada jalan ceritanya. Dalam film, kita disuguhkan gambaran visual seperti apa sosok hantunya. Dengan efek suara yang luar biasa, kondisi mencekam jadi lebih terbangun. Sehingga, anak-anak menjadi lebih teringat pada rasa takutnya.

Masuk akal, sih.

Terlepas dari itu semua, buku ini menurutku memang bergizi. Dalam petualangan penyelidikannya, kita mendapat informasi-informasi yang menarik terkait kasus yang sedang mereka kerjakan. Misalnya ketika membaca Kasus Nyanyian Berhantu, aku jadi tahu bahwa ada lagu anak-anak bernada riang yang sebenarnya menyimpan cerita sedih. Atau ketika Membaca Kasus Si Anak Indigo, aku jadi mendapat informasi lebih tentang apa itu manusia indigo. Bukan sekadar bahwa mereka bisa melihat hantu.

Senang sekali Kak Rizal mau menulis serial Creepy Case Club ini :-)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun