Yang ingin aku bahas adalah bagaimana panitia pelaksana lokakarya bisa meminimalkan sampah yang dihasilkan dalam lokakarya tersebut. Kalau ada yang pernah datang ke sebuah acara lokakarya atau seminar, kalian pasti bisa membayangkan seberapa banyak sampah yang dihasilkan. Gelas/ botol air mineral, kardus bungkus makanan, piring kertas, dan banyak lainnya.
Di lokakarya yang diselenggarakan oleh Budaya Dering (Ibu Berdaya dengan Membaca Nyaring) ini, sampah benar-benar diminimalkan. Pertama, kami sudah diminta membawa tumbler atau tempat minum sendiri. Panitia lokakarya tidak menyediakan minuman kemasan tapi menyediakan air galon untuk diminum dengan tempat minum yang kita bawa sendiri.
Kedua, snack tidak dibungkus dengan kardus. Panitia menyediakan snack dalam bentuk prasmanan dan menyediakan piring. Bukan piring plastik atau piring kertas sekali pakai. Mereka menggunakan piring kaca yang selesai digunakan harus dicuci.
Ketiga, makan siang juga bukan dalam bentuk nasi kotak. Menu makan siang kemarin adalah nasi bakar yang berbentuk seperti lemper namun dengan ukuran sangat besar yang dibungkus dengan kantong kertas.
Selesai acara, aku terkagum-kagum. Dibandingkan dengan banyak acara yang pernah aku datangi, ini jelas yang paling sedikit sampahnya. Aku jadi malu karena saat datang, aku menenteng roti yang dibungkus plastik. Walaupun plastiknya nggak aku buang, sih. Aku simpan untuk digunakan lain waktu (IYA. Aku sedang berusaha membela diri).
Ini adalah contoh yang menarik dalam upaya pengurangan sampah. Bayangkan, berapa banyak sampah yang bisa dikurangi jika semua acara seminar, lokakarya, atau apapun namanya bisa menggunakan metode ini dalam pengadaan konsumsinya.
Selain itu, masih banyak hal lain yang harus dilakukan untuk mengurangi sampah dan produksi sampah. Yang pasti orang-orang harus diajak untuk peduli bahwa salah satu penyebab banjir adalah terjadinya perubahan iklim. Dan salah satu penyebab perubahan iklim adalah sampah yang dihasilkan oleh orang-orang.
Bukan sekadar buang sampah sembarangan tapi juga dalam proses barang-barang itu berubah dari bahan mentah menjadi sampah. Bukan sekadar sampah anorganik karena proses pengolahan makanan, kertas, dan produk-produk organik lainnya juga menyebabkan perubahan iklim.