Ada sih rasa khawatir untuk unfollow orang. Takutnya aku nanti bisa ketinggalan berita apa gitu. Tapi, ketidaksukaanku pada konten yang dia share lebih besar daripada ketakutan itu. Ya elah, pengumuman apa sih yang bakal dia bikin di Facebook? Kalau dia memang punya berita penting buat aku, seharusnya dia bisa menghubungiku lewat jalur pribadi. Atau minimal, dia tag aku di status dia yang dianggap aku perlu baca. Kalau enggak ya sudah.
Kalau di Instagram, aku memang sudah selektif sejak awal. Akun Instagramku, aku khususkan untuk membahas buku dan journal. Jadi, aku yang aku follow juga akun-akun serupa. Akun milik penerbit, penjual buku, perpustakaan, praktisi bullet journal, dan akun-akun lain yang secara garis besar membahas buku dan journal. Yah, sesekali mereka mengunggah hal-hal pribadi juga masih aku kasih love, kok. Yang penting, enggak membuatku merasa insecure apalagi terintimidasi.
Sebenarnya di Facebook, aku juga suka membaca cerita-cerita pribadi orang-orang. Suka melihat mereka berbagi tentang makanan, kisah perjalanan, cerita lucu, atau apapun itu. Orang-orang yang membagi barang jualan mereka pun masih bisa aku terima asal tidak berlebihan.
Golongan akun yang aku tidak suka kedua adalah akun-akun yang hobi ngomongin politik. Apalagi yang suka menyerang orang-orang yang berbeda pilihan politik dengan dia. Golongan akun yang bakal aku unfollow nomor tiga adalah akun-akun pribadi yang postingan tentang jualan dia lebih dari 3 kali sehari. Deuh, dua itu mah ya... Udah paling annoying.
Emang sih, dia main Facebook pakai akun dia, kuota juga nggak minta ke aku, ngapain aku harus sewot sama postingan yang dia bikin? Aku sih nggak sewot, selama postingan dia enggak lewat di beranda aku.