Mohon tunggu...
Meisa Syalsabila
Meisa Syalsabila Mohon Tunggu... Guru - Chemedu

Uin sgd

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pejuang Jalanan

25 April 2020   02:00 Diperbarui: 25 April 2020   02:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dinginnya fajar menyadarkanku dari tidur lelapku, ku duduk sejenak sembari memikirkan hari ini apa yang dapat aku berikan untuk keluarga ku. Azan berkumandang, kubergegas mengambil air wudhu dan bersujud kepada sang Maha Kuasa. Setelah selesai menunaikan kewajibanku, langsung ku menancap gas pergi mengais rezeki.

Mentari yang mulai memancarkan cahayanya memberiku sebuah harapan, semoga hari ini penumpang bisa lebih banyak. Mungkin sebagian orang memandangku sebelah mata. Hilir mudik dijalanan, singgah diterminal, Itu merupakan tempat mengais rezeki untukku.

Di setiap perjalanan, ku berharap selalu ada yang memberhentikan mobil ini,"kiri- kiri"yang terlontar dari bibir orang itu. Namun tak seperti yang dibayangkan jalanan begitu sepi, tanpa ada anak-anak sekolah yang selalu meramaikan jalan ini. Anak-anak sekolah yang biasanya memenuhi tempat duduk di samping kiriku dan di belakang.

Semenjak sekolah diliburkan semua sopir angkutan umum yang bernasib sama sepertiku. Mengeluh karena penghasilan menurun drastis. Ya, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargaku hanya berharap pada roda empat berwarna hijau ini.

Hari mulai siang, matahari sudah berada di atas kepala. Telah tiba saatnya ku berhenti sejenak menghadap kepada sang Ilahi. Dalam doa kupanjatkan agar Kau selalu memberiku kekuatan dan kesehatan agar bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluargaku.

Aku adalah seorang ayah yang memiliki tiga orang anak. Sebagai orang tua tidak menginginkan nasib sang buah hati sama sepertiku yang hanya mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama saja. Aku menginginkan mereka menjadi orang yang sukses melebihi orangtuanya.

Tahun ini anak pertamaku akan masuk ke sekolah menengah atas, tanggung jawabku sebagai kepala keluarga dan tulang punggung keluarga semakin besar. Biaya masuk sekolah yang cukup besar, menjadi pemantik semangat untuk terus bekerja, untuk sang buah hati tercinta harapan keluarga mengenyam pendidikan.

Tak terasa senja telah menghiasi langit yang membentang luas. Menandakan sebentar lagi aku harus pulang menemui keluargaku di rumah. Empat puluh ribu rupiah uang yang kudapat hari ini,yang akan ku berikan kepada keluargaku. Walaupun itu kurang dari kata cukup tapi aku harus tetap bersyukur.

Ku bergegas pulang, seperti biasa ku mengembalikan mobil yang kunaiki dan memberikan uang setoran kepada bosku. Rezeki seseorang telah diatur oleh sang Maha Pencipta. Siapa sangka uang recehan empat puluh ribu itu diminta oleh pemilik mobil itu, untuk membayar setoran hari kemarin.

Hati ini merasa sedih, dari terbit matahari sampai terbenam aku pulang kerumah dengan tangan kosong. "Maafkan ayah hari ini tidak bisa membawa apa-apa", hati ini berbicara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun