Di zaman yang serba digital ini, hampir semua aspek kehidupan mengalami perubahan, tak terkecuali dunia pendidikan. Dulu, belajar identik dengan papan tulis, buku tulis, dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Kini, layar laptop dan gawai menjadi teman belajar sehari-hari. Pertanyaanya, apakah masuknya teknologi ke ruang kelas benar-benar menjadi solusi hebat, atau justru menciptakan tantangan baru ?
Tidak dipungkiri, kehadiran teknologi dalam pembelajaran membawa banyak manfaat. Informasi bisa diakses dengan cepat melalui internet, siswa bisa belajar dari vidio interaktif, kuis daring, dan berbagai aplikasi edukasi. Pembelajaran pun menjadi lebih menarik, menyenangkan dan tidak membosankan. Bahkan, saat pandemi melanda dan sekolah tatap muka dihentikan, teknologi menjadi penyelamat utama agar proses belajar mengajar tetap berjalan melalui sistem daring.
Sebagai mahasiswa yang berasal dari desa, saya pernah mengalami sendiri bagaimana sulitnya mengikuti pembelajaran daring ketika sinyal tidak stabil dan kuota internet terbatas. Di rumah, kami harus mencari tempat nyaman dan ada sinyal yang yang memungkin kan untuk mendapatkan sinyal yang bagus. Tidak jarang, saya duduk didekat jendela atau bahkan naik kursi dekat atap untuk mendapatkan sinyal. Apalagi jalan ke desa kami belum sepenuhnya bagus, dan jarak ke kota cukup jauh jika ingin beli sebuah kuota internet. Â Dari situ saya sadar, kemajuan teknologi belum tentu bisa dinikmati secara merata oleh semua pelajar, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil dengan infrastruktur yang terbatas.
Masalah lainnya, tidak semua guru itu merasa siap atau terbiasa menggunakan teknologi. Di sekolah tempat saudara saya PPL dulu katanya, ada guru yang masih kesulitan mengoperasikan aplikasi pembelajaran digital. Di sisi lain, banyak siswa yang justru lebih tertarik membuka Youtube atau bermain game ketika diberikan tugas online. Hal-hal ini menunjukan bahwa teknologi tidak serta merta membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.
Namun, bukan berarti teknologi harus ditolak. seperti yag dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, "Pendidikan adalah usaha untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak-anak." Artinya, teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti nilai-nilai utama dalam pendidikan. Jika digunakan dengan bijak dan dibarengi dengan kesiapan guru, siswa, dan fasilitas, teknologi justru bisa menjadi jembatan menuju pendidikan yang lebih merata dan modern.
Karena itu, pemerintah dan sekolah harus bekerja sama dalam menyusun strategi yang realistis dan menyeluruh. Guru perlu diberi pelatihan teknologi yang berkelanjutan, siswa harus dibimbing untuk menggunakan gawai secara bijak, dan fasilitas digital harus tersedia secara adil, terutama di daerah-daerah yang tertinggal atau terpencil - di mana sinyal masih lemah, akses internet terbatas, dan infrastruktur dasar seperti jalan masih menjadi kendala.
Teknologi bukanlah jawaban tunggal, tapi Ia bisa menjadi bagian dari jawaban jika kita semua siap menggunakannya dengan cerdas dan bertanggung jawab.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI