Mohon tunggu...
Meilita Lestari
Meilita Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manajemen SDM

universitas pamulang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

tantangan dan traformasi rekrutmen sumber daya manusia di era globalisasi

16 Juni 2025   06:15 Diperbarui: 16 Juni 2025   06:15 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rekrutmen merupakan salah satu proses paling vital dalam manajemen sumber daya
manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia yang direkrut akan sangat menentukan
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, baik di tingkat lokal, nasional, maupun
internasional. Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, praktik
rekrutmen mengalami transformasi besar-besaran. Perusahaan tidak hanya mencari
kandidat yang memenuhi kualifikasi teknis, tetapi juga individu yang mampu beradaptasi
dengan perubahan global, bekerja lintas budaya, dan memiliki kecakapan digital.
1. Rekrutmen Tradisional vs Rekrutmen Modern
Secara tradisional, proses rekrutmen dilakukan melalui pemasangan iklan lowongan kerja
di media cetak, walk-in interview, atau referensi internal. Namun, model ini mulai
ditinggalkan karena dianggap kurang efektif dan memakan waktu serta biaya besar. Di era
digital saat ini, perusahaan lebih banyak mengandalkan platform daring seperti LinkedIn,
Jobstreet, atau bahkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk menjaring talenta
muda.
Rekrutmen modern juga menggunakan Applicant Tracking System (ATS) dan teknologi
Artificial Intelligence (AI) untuk menyaring pelamar secara otomatis berdasarkan kriteria
tertentu. Ini tidak hanya mempercepat proses seleksi, tetapi juga membantu mengurangi
potensi bias manusia yang sering kali terjadi dalam rekrutmen konvensional.
2. Tantangan Global dalam Rekrutmen SDM
Meskipun teknologi memberikan banyak kemudahan, rekrutmen sumber daya manusia di
tingkat internasional juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah
persaingan global dalam memperoleh talenta terbaik. Negara-negara maju cenderung
menarik tenaga kerja terampil dari negara berkembang, yang menyebabkan brain drain. Di
sisi lain, perusahaan lokal harus bersaing dengan perusahaan multinasional yang memiliki
sumber daya lebih besar untuk menarik kandidat unggulan.
Selain itu, perbedaan budaya, bahasa, dan sistem hukum menjadi tantangan tersendiri
dalam proses rekrutmen lintas negara. Tidak semua metode rekrutmen cocok diterapkan
secara universal. Sebuah pendekatan yang berhasil di Jepang belum tentu efektif di
Indonesia atau negara-negara Afrika. Oleh karena itu, perusahaan multinasional perlu
menerapkan strategi rekrutmen yang fleksibel dan sensitif terhadap konteks lokal.
3. Pentingnya Employer Branding
Dalam dunia kerja modern, bukan hanya pelamar kerja yang berlomba-lomba menarik
perhatian perusahaan, tetapi perusahaan juga harus membangun citra yang positif agar
diminati oleh kandidat potensial. Employer branding menjadi strategi penting untuk
menarik SDM berkualitas. Perusahaan seperti Google, Tesla, atau Unilever tidak hanya
dikenal karena produk mereka, tetapi juga karena budaya kerja yang mendukung inovasi,
keberagaman, dan keseimbangan hidup kerja.
Di Indonesia, perusahaan-perusahaan besar seperti Gojek, Telkomsel, dan Tokopedia juga
mulai membangun employer branding yang kuat melalui media sosial, partisipasi dalam job
fair, serta memberikan transparansi terkait nilai dan budaya kerja perusahaan.
4. Rekrutmen Berbasis Kompetensi dan Nilai
Saat ini, rekrutmen tidak lagi hanya mempertimbangkan aspek teknis seperti ijazah atau
pengalaman kerja. Banyak perusahaan mulai beralih ke pendekatan berbasis kompetensi
dan nilai (value-based recruitment). Mereka menilai kemampuan adaptasi, komunikasi,
kepemimpinan, serta kesesuaian nilai-nilai pribadi kandidat dengan budaya organisasi.
Pendekatan ini lebih relevan di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), di
mana kemampuan beradaptasi dan berpikir kritis lebih penting daripada sekadar
kemampuan teknis. Oleh karena itu, proses seleksi kini banyak menggunakan asesmen
psikologis, studi kasus, atau simulasi kerja (work simulation) untuk menggambarkan situasi
kerja nyata.
5. Kesetaraan dan Inklusi dalam Rekrutmen
Aspek lain yang kini menjadi sorotan dalam dunia rekrutmen internasional adalah diversity,
equity, and inclusion (DEI). Perusahaan global mulai menyadari pentingnya membangun
lingkungan kerja yang inklusif, yang memberikan kesempatan yang sama bagi semua
individu tanpa memandang gender, ras, agama, atau latar belakang sosial-ekonomi.
Rekrutmen yang adil dan transparan akan menghasilkan tim yang lebih beragam, yang
terbukti mampu meningkatkan kreativitas, produktivitas, dan pengambilan keputusan yang
lebih baik. Banyak perusahaan kini memasukkan pelatihan anti-diskriminasi bagi perekrut
dan menyusun kebijakan afirmatif untuk memperbaiki ketimpangan representasi dalam
tenaga kerja.
Kesimpulan
Rekrutmen sumber daya manusia merupakan proses strategis yang terus berkembang
seiring perubahan zaman. Di era globalisasi dan digitalisasi, perusahaan dituntut untuk
lebih adaptif dalam menjalankan proses rekrutmen, dengan mengintegrasikan teknologi,
mempertimbangkan aspek nilai dan budaya, serta menerapkan prinsip inklusivitas.
Tantangan rekrutmen global tidak bisa dihindari, tetapi dengan strategi yang tepat,
perusahaan dapat menjaring talenta terbaik dari seluruh dunia. Yang paling penting, proses
rekrutmen harus dijalankan secara adil, transparan, dan berorientasi pada pembangunan
SDM yang berdaya saing tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun