Mohon tunggu...
Anik Meilinda
Anik Meilinda Mohon Tunggu... Penikmat air putih

Hamba Allah yang ingin bermanfaat bagi semesta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pergeseran Fenomena Jilbab, Resensi Buku Esok Jilbab Kita Dirayakan

11 Juli 2025   22:37 Diperbarui: 21 Agustus 2025   21:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Buku Esok Jilbab Kita Dirayakan: Muslimah yang Merdeka Tanpa Menindas yang Berbeda (Doc.Pribadi)

Judul buku         : Esok Jilbab Kita Dirayakan: Muslimah yang Merdeka Tanpa Menindas yang Berbeda

Penulis                : Kalis Mardiasih

Tahun Terbit    : 2025

Penerbit             : Buku Mojok, Yogyakarta

Masih melekat di ingatan, buku pertama yang saya khatamkan di masa SMP. Judulnya "Jilbab Pertamaku" karya Asma Nadia dkk. Jilbab Pertamaku adalah kumpulan cerita yang menceritakan tentang perjuangan seseorang yang ingin mengenakan jilbab namun belum memiliki keyakinan yang kuat. Namun dengan berbagai pergolakan batin dan sosial, pada akhirnya mereka tetap tak tergoyahkan untuk senantiasa berjilbab.

Lalu, buku Kalis Mardiasih yang membahas perihal jilbab ini membawaku ke ingatan saat itu. Tentu saja buku ini sangat menarik diulas karena kritisnya dan tanpa tendensi atau menglorifikasi salah satu golongan. Kalis, dalam tulisannya berusaha menghadirkan sebuah sudut pandang yang elegan.

Pembahasan perihal jilbab ini pernah saya lempar kepada murid-murid yang notabene remaja. Berbagai pendapat dan celetulan keluar dari mereka. Termasuk kritikan mereka perihal jilbab yang diikat dan berbagai macam model.

Sebagian lagi ada juga yang memberikan penjelasan dengan dalil yang mengarahkan kita perihal batasan aurot perempuan yang telah dijelaskan di Al Qur'an. Tentu saja diskusi ini semakin asik. Karena lahirlah pertanyaan, bagaimana dengan model jilbab para Bu Nyai pada zaman dulu? Atau jilbabnya orang Arab yang menutupi matanya?

Kalis mengawali tulisannya dengan menceritakan perihal komentar tetangga mengenai jilbab yang ia kenakan. Menurut tetangganya itu, jilbab yang ia pakai kurang sesuai (hlm 1). Saat ini, jilbab sudah menjadi mayoritas. Kalis membeberkan bahwa kaum mayoritas ini bisa memiliki dua potensi, yakni pengayom atau penindas.

Dalam tulisannya yang menceritakan tentang kisah Bu Nani (hlm 90), pada zaman itu (1980) jilbab adalah simbol perlawanan terhadap orde baru. Namun, keadaan ini menjadi berbeda sekarang, Kalis juga menceritakan kisah siswi di Lamongan yang dihukum dikarenakan tidak menggunakan ciput/daleman jilbab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun