Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Mencintai alam, budaya, dan olahraga. Menghargai perbedaan dan tertarik akan keanekaragaman dunia

Penulis buku, The Purple Ribbon. Buku tentang kelainan neurologis akibat cacat kongenital tengkorak, diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia, 2024.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Hurra, "Jojo's Resto"! Kini Ada Restoran Indonesia di Stuttgart

28 Februari 2025   05:18 Diperbarui: 28 Februari 2025   15:36 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jojo di dapur Jojo's Resto (dokumen pribadi) 

Setelah sekitar 20 tahun menanti, akhirnya kuliner Indonesia hadir kembali di Stuttgart, ibu kota negara bagian Baden-Wuerttemberg, Jerman.

Minggu lalu, di suatu siang yang tidak terlalu dingin, saat suhu menunjukkan 3°C, aku melangkahkan kakiku menuju bus stop, menanti bus yang akan membawaku ke stasiun kereta kecil di kota tetangga. Dari sana, aku akan menaiki kereta ke pusat kota Stuttgart.

Matahari menyembul sedikit dari balik mega putih, bunga-bunga kecil di bulan Februari, Schneeglöchen dan Krokus di halaman rumah sudah berkuncup bahkan ada yang sudah setengah merekah. 

Mereka terlihat cantik bagai gadis berusia 13 tahun yang akan meninggalkan masa kanak-kanak dan menuju masa remaja.

Bunga putih Schneeglöckchen dan ungu muda Krokus menghiasi halaman (dokumentasi pribadi) 
Bunga putih Schneeglöckchen dan ungu muda Krokus menghiasi halaman (dokumentasi pribadi) 

Aku ke kota metropol Baden-Wuerttemberg di hari itu karena punya janji makan siang dengan Mbak Hennie Oberst, Kompasianer peraih Kompasiana Award Citizen Journalism 2023. Kami akan ke restoran Indonesia yang belum lama ini dibuka. 

Dulu pernah ada restoran Indonesia di Stuttgart, tapi ditutup sekitar awal tahun 2000-an. 

Ini berarti sudah 20 tahun lebih diaspora di kota ini tidak lagi menikmati cita-rasa hidangan nusantara sambil duduk-duduk santai di restoran.

Kota Stuttgart memang sangat mahal untuk tinggal apalagi untuk berbisnis. Mungkinkah itu alasannya? 

Biaya sewa ruang saja mencapai angka yang sangat fantastis, belum ditambah biaya ini-itu seperti air dan listrik sehingga dibutuhkan keberanian untuk memulai usaha. 

Perjalanan dengan kereta menuju pusat kota Stuttgart (dokumentasi pribadi) 
Perjalanan dengan kereta menuju pusat kota Stuttgart (dokumentasi pribadi) 

Tak terasa, kereta yang kunaiki tiba di pusat kota Stuttgart. Kali ini dia masuk tanpa hambatan. Biasanya sering delayed, salah satu alasan karena pembangunan mega proyek Stuttgart 21. 

Stuttgart 21 adalah proyek pembangunan atau renovasi Stuttgart Hauptbahnhof (stasiun utama kereta) menjadi salah satu stasiun kereta termodern di dunia. Pembangunan stasiun ini merupakan proyek terbesar di Jerman dalam 100 tahun terakhir.

Stuttgart 21, menuju stasiun termodern di dunia (dokumentasi pribadi) 
Stuttgart 21, menuju stasiun termodern di dunia (dokumentasi pribadi) 

Sambil membuka ponsel untuk melihat jam, aku menaiki eskalator untuk keluar menuju jalan utama, Koenigstrasse, tepatnya ke arah salah satu gerai kopi, tempat aku dan Mbak Hennie berjanji untuk bertemu. 

Mbak Hennie sudah ada di sana saat aku tiba. 

Cappuccino-Latte-Caramel menemani acara ngopi, sambil kami bercakap-cakap tentang buku. Aku tertarik dengan buku baru Mbak Hennie, yang akan terbit tak lama lagi. 

Aduh... ngobrol tentang buku emang bikin waktu lebih cepat berlalu. Lebih cepat dari yang lebih cepat.

Setelah menghabiskan kopi, kami melanjutkan obrolan sambil berjalan menuju restoran Indonesia. Jojo's Resto, terletak di Schulstraße 9. Hanya berjarak 2 menit dari gerai kopi. 

Seorang gadis manis dan ramah menyambut kami dengan membukakan pintu. 

Jojo Resto (dokumentasi pribadi) 
Jojo Resto (dokumentasi pribadi) 

Ruangan restoran terasa nyaman. Ada monitor televisi besar tergantung di dinding yang menyajikan acara kuliner di Indonesia secara senyap, sebagai gantinya kami mendengar lagu-lagu populer Indonesia mengalun dari Sound System.

Hidangan cita-rasa nusantara di Menu-Card-nya, sangat menggoda selera. 

Daftar Menu (dokumentasi pribadi) 
Daftar Menu (dokumentasi pribadi) 

Kami memesan Teh Melati Hangat, Nasi Ayam Geprek buat Mbak Hennie dan Nasi Rendang buatku.

Sambil menyantap hidangan kami juga punya kesempatan untuk berkenalan dan berbincang-bincang dengan Jojo, pemilik restoran yang di Indonesia berasal dari Banyuwangi. 

Jojo berparas manis dan energik. Topi wol di kepalanya menegaskan penampilannya itu.

"Jo, kamu ini hebat banget euy. Bisa bikin restoran di Stuttgart," kataku padanya.

Kemudian Jojo menceritakan awal mula dia membuka restoran itu, yang diambil-alih dari Bar kemudian dia menambahkan restoran dengan hidangan nusantara. 

Jojo juga bercerita tentang rencananya untuk menata ruangan restoran untuk menampilkan lebih ke budaya Indonesia-nya. Hal ini akan dilakukannya secara Step by step. Selain itu, dia berbagi pengalaman merantau-nya di banyak negara, khususnya di Hongkong.

Wah, ini mungkin salah satu sumber keberanian dan kekuatan dalam membuka bisnis baru. Aku membatin. 

Sambil berbincang-bincang, aku dan Mbak Hennie menghabiskan ayam geprek dan rendang yang sangat enak dengan bumbu asli Indonesia.

Rendang dan Ayam Geprek (dokumentasi pribadi) 
Rendang dan Ayam Geprek (dokumentasi pribadi) 
Dapur restoran terlihat jelas dari ruang makan. Ruang yang ditata manis dengan alat-alat dapur tradisional Indonesia.

"Mbak Hen, itu apa dalam bahasa Indonesia?" tanyaku sambil menunjuk alat penapis beras yang menggantung di dinding. Benar, aku hanya tahu kata itu dalam bahasa Manado, Sosiru. 

"Oh, hehe... itu Tampah, Meike," jawabnya sambil tersenyum.

Dapur dihiasi Tampah (dokumentasi pribadi) 
Dapur dihiasi Tampah (dokumentasi pribadi) 

Senang sekali kami menghabiskan sore itu, ngobrol-ngobrol tentang banyak hal dan seperti warga diaspora lainnya, kami juga merasa senang dan bangga akan hadirnya restoran Indonesia di Stuttgart. Disamping kami bisa menikmati hidangan nusantara tanpa memasak sendiri, juga sebagai representasi budaya Indonesia lewat kuliner.

Dunia layak tahu bahwa bangsa kita dengan lebih dari 17.000 pulau-nya dan 700 lebih bahasa daerah-nya menyimpan harta-karun, salah satunya adalah kuliner. 

Indonesia adalah negeri dengan intan dan permata yang bukan hanya memancarkan cahaya dari bagian Selatan bola bumi, tapi dari mana saja, dimana masyarakatnya tersebar seperti di Jojo's Resto di Stadtmitte kota Stuttgart.

Sukses ya, Jojo buat usahanya. Kami diaspora turut senang dan bangga!

Kenangan di Stuttgart, 13 Februari 2025

Meike Juliana Matthes 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun