Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bait-bait Covid Satu Sembilan

21 April 2020   07:24 Diperbarui: 21 April 2020   09:35 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cina, negeri dimana kau dilahirkan itu dikenal karena obat, motor, gadget dan temboknya, makin terkenal, sedot perhatian dunia karena lahirmu di Wuhan adalah awal sebuah kata viral mematikan: Pandemi !!!

Orang-orang tak pandang bulu kau siksa dengan demam, sesak napas hingga hembuskan napas terakhir dan kembali ditelan bumi tanpa ritual dan ucap kata perpisahan orang tercinta

Vatikan, Roma, Barcelona, London,  Washington, Yerusalem, Mekkah, Jakarta dan lorongpun sunyi tak berkutik, hanya ada senandung harap dan doa, dan mungkin mimpi manusia terkarantina, bahwa pandemi hanya mimpi

Isolasi yang dahulu hanya ku kenal dalam praktek mikrobiologi ataupun virologi ilmu tentang duniamu itu,  kini menjadi jalan yang harus kami lalui di ruang sunyi tanpa kekasih sambil menunggu nasib entah positif atau negatif, sembuh merdeka atau.... ma ...ti   !!!

Dirumah aja kami mengurung diri sambil berharap kau tak bertamu di rumah kami yang kini berubah jadi benteng terakhir lawan pandemi, tapi juga rumah doa dan rumah cinta kasih mesra, yang dahulu sebelum hadirmu hanya menjadi ruang sunyi yang membosankan...

1 harap dan keyakinan badai pandemi yang kau bawa pasti berakhir, harap dan doa kepada Sang Maha Kuasa pun Pengampun, jika pandemi adalah hukuman, ampuni kami atas dosa dan bebal kami para pendosa di planet bumi...

9 April dua ribu dua puluh kau infeksi satu juta lima ratus ribu manusia di planet bumi, cukup sudah duhai Corona, kembalilah kau ke planetmu, jangan kau buat planet kami tercinta kosong tanpa manusia, kami berjanji kan kembali belajar mencinta dan berlaku ramah dengan bumi, ibu kami milik Sang Pencipta, yang harinya, hari bumi kami rayakan 22 April tahun ini sunyi karena pandemi....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun