Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Retorika Luka

24 Juli 2021   20:23 Diperbarui: 24 Juli 2021   20:36 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Retorika Luka

Aku pergi, meninggalkan halaman tua tanpa mendengar teriakan. Satu teriakan dari suara tua yang meminta dipapah, kekasihku. Aku mengenang satu pundak renta yang tak lagi menjadi milikku, milik Tuhannya. Selembar potret tanpa bingkai melambai-lambai mengiringi sepoi angin sore. Kubawa serta sebagai penunjuk arah.

Aku telah jauh, tak ada kah yang mengantarku? Yang berlari keatas bukit guna menangkap jauh bayangan hilang direngut jarak. Jemari keriput saling menyatu, tertidur lugu berselimut tanah merah, dengan bunga-bunga sebagai atap rumahnya. Tak adakah yang menitip oleh-oleh kepadaku? Agar tak menjadi seseorang yang lupa pulang.

Barangkali detak-detak sayu kehilangan, hanya retorika sebuah luka. Akan tiba waktunya aku menjadi anaknya, yang pulang setelah lama hilang. 

Surabaya, 24 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun