Mohon tunggu...
Meida Handayani
Meida Handayani Mohon Tunggu... Bankir - call me cumey

you can do it, if you do

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sosial-Politik DPR dalam Pertunjukan Musikalisasi SkinnyIndonesia24

3 Juli 2021   20:00 Diperbarui: 3 Juli 2021   21:04 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri / tangkapan layar SkinnyIndonesia24-DPR-Musikal

Senada dengan hal tersebut,kini bangsa Indonesia bangsa indonesia menghadapi dengan banyaknya partai politik yang memilih selebritis tanah air untuk menjadi anggota partainya. Dengan maksud rakyat lebih banyak memilihnya karena kepopuleran. 

Padahal, kinerja dari para selebritis tersebut tidak bisa dijamin jika hanya mengandalkan kepopuleran. Yang dibutuhkan dalam dunia perpolitikan Indonesia bukanlah sebuah kepopuleran, akan tetapi kinerja optimal yang dapat membangun politik Indonesia menjadi sangat baik. Dan seharusnya, partai politik memilih dengan bijaksana siapa anggota yang mahir pada bidangnya, bukan asal – asalan.

Sangat diakui, bahwa kondisi politik yang ada di Indonesia saat ini mengalami tingkat ‘buruk’. Keterpurukan ini disebabkan perpolitikan Indonesia yang tidak sehat. Banyak politisi di negara ini yang terlibat kasus korupsi.Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tugasnya sebagai pejuang rakyat. Bahkan saat ini, banyak pejabat dan tokoh yang hanya bisa bercuap – cuap berdiskusi di televise mencaci maki kinerja tanpa mengetahui jalan keluarnya. Bukankah lebih baik bertindak dibandingkan hanya berdiskusi di televisi? dan sebuah diskusi tidak akan berguna jika tidak ada solusinya.

Terlepas dari itu, banyaknya sindiran-sindiran yang dilakukan oleh masyarakat, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, penyampaian aspirasi tidak hanya dalam bentuk demokrasi, melainkan dengan hal-hal lain yang tidak menimbulkan kerumunan dan penuh dengan pertumpahan darah. Salah satunya dengan memberikan seni pertunjukkan drama. 

Seperti yang dilakukan oleh SkinnyIndonesia24yang digawangi oleh kakak beradik Jovial da Lopez dan Andovi da Lopez, sebelum berpamitan dari Youtube, mereka memberikan pertunjukkan yang cukup apik dan memberikan gambaran tentang situasi politik di Indonesia, khususnya di lingkungan DPR atau Dewan Perwakilan Rakyat.

Dalam drama musikal yang berjudul DPR itu mengisahkan tentang tokoh yang bernama Mawar. Mawar merupakan seorang perempuan muda idealis yang baru saja terpilih menjadi anggota DPR dari Partai Macan. Dirinya memiliki cita-cita untuk bisa memperbaiki indonesia, terutama dari sisi lingkungan hidup. Ia mengajukan rancangan undang-undang (RUU) F.A.K (Flora, Agrikultur,dan Kehutana).Namun, niat baiknya tidak mendapat dukungan karena pemikiran yang berbeda. Sesuai dengan krisis sosial politik diindonesia saat ini, drama tersebut menceritakan kerakusan, keserakahan, putus asa dalam sistem yang telah mengakar dan tidak memedulikan rakyat.

Jika diamati dengan seksama, munculnya peristiwa-peristiwa sosial dan tindakan tokoh cerita yang penuh dengan simbolik itu secara sosiologis berkaitan dengan kondisi sosio-historis masyarakat indonesia sejak dulu hingga masa kini. Berbagai fakta sosiologis yang terdapat dalam kedua drama yang disutradarai Jovial da Lopez ini sangat berkaitan dengan faktor eksternal di luar teks drama. Dengan demikian, penelusuran tentang berbagai hubungan kritik sosial perlu dilakukan.

Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa tanda dalam semiotika memiliki dua aspek, yakni penanda (signifier) yang merupakan konsep atau bentuk tanda yang menandai petanda (Signified) yang merupakan makanya. Berbagai fakta menunjukkan bahwa sebagian besar tanda bahasa berupa simbol dalam hubungannya dengan karya sastra.

Goldmann (1973: 118-119) menggariskan bahwa dalam persfektif sosiologi seni non marxis terdapat empat pemikiran tentang sastra, termasuk drama, yakni (1) drama bukan sekedar refleksi kenyataan dan kecenderungan kesadaran kolektif, melainkan sebagai puncak koherensi dari kecenderungan lain terhadap kesadaran kelompok tertentu; (2) karya sastra, termasuk drama berhubungan dengan ideologi kolektif, filosofis, dan ideologis; (3) karya sastra berhubungan dengan struktur mental kelompok sosial tertentu; dan (4) kesadaran kolektif bukanlah realitas utama.

Sesuai dengan namanya, strukturalisme genetik memandang karya drama sebagai sebuah struktur yang antar unsurnya saling berkaitan. Pada prinsipnya strukturalisme genetik memandang karya drama semata-mata merupakan strukturasi dari struktur kategoris pikiran subjek penciptanya yang tebangun akibat interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial ekonomi tertentu.

Pendekatan jenis itu, selalu berusaha memadukan antara struktur teks dengan konteks sosial karena prinsip pendekatan ini juga mempertimbangkan faktor sosial yang berpengaruh terhadap lahirnya suatu karya drama, mengkaji struktur teksnya yang berkaitan dengan kondisi sosial zamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun