Oh...Negeriku....
Kulihat bumimu, begitu indah hijau ranum.
Kupandang gunungmu, tinggi menjulang berjajar rapi.
 Langitmu terhampar, biru memikat putih berseri.
Lautanmu luas, terbentang disetiap sisi.
Alammu nan elok memesona, bak setetes air syurga yang jatuh kebumi.
Oh Tuhan, kutinggikan ayunan tangan.
Andai kelak umurku Kau panjangkan.
Izinkan aku untuk terus melangkah, menyusuri keindahan jengkalnya.
Jika nanti, tiba waktunya aku kembali.
Izinkan hanya dikandungannya, jasadku dikebumi.
Oh...Negeriku....
Sekarang kau berduka, menanggung derita.
Hutanmu yang hijau kini gersang terasa.
Lautmu yang kaya kini ditutupi tumpukan ampas sampah.
Langitmu yang putih kini tak sejuk lagi.
Oh...Negeriku....
Kini bumimu dikuasai.
Kekayaanmu diambil tanpa henti.
Hutang disana sini.
hayatmu diperebutkan negeri-negeri.
Tangan berkuasa seakan tak peduli.
Oh... Negeriku....
Belum usai dengan duka lara.
Kau harus menanggung darah dan airmata.
Ulah pertikaian anak bangsa.
Oleh karena keadilan yang tak dirasa.
Hukum tak bernyawa.
Pengadilan tak lagi mulia.
Keadilan musnah.
Persamaan sirna.
Berbicara keluh.
Berbuat diburu.
Berkeyakinan dituduh.
Oh... Tuhan, aku meminta dalam sendiri.
Berkati negeri kami.
Agar dapat diwarisi, kepada anak cucu kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H