Mohon tunggu...
Megawati Mustafa
Megawati Mustafa Mohon Tunggu... lainnya -

Sedang belajar menulis.... dan senang jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bekas Itu OK

9 Desember 2011   09:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:38 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Oktober kemarin, saya kembali terbang ke Montreal dan pada kunjungan kali ini, saya sempat berkunjung ke toko "Village des Valueurs". Toko yang cukup luas ini adalah toko barang-barang bekas yang juga banyak kita ditemui di Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia. Awalya, saya tidak berkenan masuk ke toko ini karena ipar saya hanya mau mampir melihat-lihat sepatu yang cocok seperti kebutuhannya. Saya tidak terbiasa membeli barang-barang bekas, tetapi saya berubah pikiran untuk masuk karena tak ingin bengong di mobil menunggu adik dan ipar saya menjelajah toko tersebut.

Menapak kaki ke dalam toko yang cukup luas, saya tak merasa sedang melihat barang-barang bekas. Dan item yang paling banyak dipajang adalah pakaian, terutama pakaian perempuan berupa gaun pesta, baju kerja, pakaian kasual, baju hamil, pakaian dalam, syal, aneka perhiasan, tas, kacamata, tali pinggang, bandana, sepatu (termasuk buat anak-anak kecil). Pakaian pria juga lumayan banyak tapi tidak sebanyak pakaian untuk kaum wanita. Begitupun baju-baju untuk anak-anak. Disamping pakaian-pakaian bekas, para pengunjung bisa menemukan alat-alat dapur (elektronik dan non-elektronik), barang-barang pecah-belah, yang masih bagus tidak tampak seperti barang bekas. Lalu para peminat rekaman piringan-hitam jadul, mungkin bisa mendapatkan koleksi yang belum dimiliki. Dan masih banyak jenis barang-barang lainnya.

Usai mengelilingi semua bagian dari toko yang lumayan besar, saya melongok ke bagian pakaian dengan seksama untuk mencari lebih jauh perihal pakaian-pakaian yang ditawarkan. Begitu banyaknya jenis pakaian dan model yang dipajang membuat saya cukup lelah untuk berlama-lama tetapi saya mencoba bertahan untuk melihat-lihat sebab banyak pilihan dan bagus-bagus. Akhirnya tidak cukup melongok, saya berubah untuk membeli. Maklum tidak sedikit baju-baju yang dipajang memang sudah lama saya cari di tanah air, seperti kaos panjang terbuat dari katun, begitupun vest panjang untuk kantor yang sulit saya dapatkan di Jakarta. Kalaupun ada, harganya lumayan selangit. Belum lagi blaser atau jas yang panjang melewati lutut untuk baju kantor sangat sulit saya biarkan tanpa membeli karena memang butuh dan suka. Harga yang ditawarkan tentu jauh dari harga barang baru, dan saya membeli 7 helai. Lucunya 1 dari baju bekas tersebut, yang dibeli oleh adik saya, adalah buatan Indonesia yang saya ketahui setelah saya kembali ke Indonesia. Meski toko Village des Valueurs hanya menyediakan barang-barang daur ulang alias barang bekas, tetapi peminatnya sangat banyak dari semua ras, dan sebagian besar membeli dalam jumlah yang besar juga. Village des Valueurs bisa ditemui di beberapa lokasi berbeda jauh dalam kota yang sama, Montreal.

Selain barang-barang bekas yang dijual kembali, ada juga arang bekas yang gratis. Jangan membayangkan, barang-barang bekas dalam keadaan setengah hancur. Tidak sama sekali. Banyak barang-barang gratis tersebut, termasuk mainan anak-anak yang masih sangat bagus, dan tentunya, sangat layak untuk dipakai lagi. Jika tak salah informasi, barang-barang bekas gratis bisa didapatkan di Maxi, sebuah toko groseri, yang dipajang untuk para peminat. Bagi mereka yang mau menghibahkan barang-barang sudah tidak lagi mau dipakai, bisa 'menitipkan' barang-barang tersebut di toko ini untuk mereka yang membutuhkan tanpa bayar.

Dan masih banyak 'barang-barang gratis' bisa didapatkan di tempat sampah (tidak pakai jijik) atau di depan rumah juga garasi bawah tanah yang diletakkan oleh pemiliknya, entah karena bosan atau memang sudah sedikit cacat. Ipar saya memiliki paling tidak 6 stroller (padahal anaknya hanya 2 bocah) yang masih layak pakai dan beberapa dari merek yang terkenal bagus dan mahal. Stroller-stroller tersebut hanya ditaruh didepan rumahnya, lalu diambil oleh ipar saya, dan dibersihkan. Beberapa diantaranya disimpan untuk kedua anaknya, beberapa lagi dijual dengan harga murah sekali. Saya perhatikan, sebagian besar barang-barang dirumahnya adalah barang-barang bekas yang dibeli sangat murah (misalnya, harga asal USD 110, tetapi dijual USD 6) dengan sedikit cacat berupa 1 atau lebih paku lemari tak ada, dst). Saya tidak menyangka samasekali kalau melihat kondisinya yang keren.

Mulanya saya sedih saat mengetahui kalau ipar saya ini 'tukang mungut' tetapi setelah berpikir lebih jauh dan melihat manfaatnya bagi dia dan juga orang lain, perasaan sedih itu hilang. Malah saya bahagia karena dia ikut mempromosikan 'green style' karena mendaur-ulang semua barang-barang yang dimilikinya. Dan dia sekarang sekolah pertukangan malam hari usai kerja di pagi hari, dan bercita-cita untuk membuka 're-cycled shop' usai lulus dan menjualnya secara online setelah dipoles ulang dan menjadi kinclong.

Jadi, barang bekas itu OK loh.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun