Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Mati

17 Maret 2023   17:49 Diperbarui: 17 Maret 2023   17:51 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ia bersiap-siap mengambil wudu untuk melaksanakan salat Magrib, tiba-tiba lampu padam. Ia berbalik dan keluar dari kamar mandi untuk mencari penerangan. Gadis itu meraba nakas dan menghidupkan lampu digital androidnya.

Telinga Saskia mendengar suara asing dari arah pintu kamarnya. Gadis itu menajamkan  indra pendengarannya. Suara langkah kaki yang diseret. Disambung dengan suatu keanehan, malam belum begitu larut, tetapi binatang malam saling bersahutan membuat suasana makin mencekam. Bulu-bulu halus di tubuhnya meremang. Aroma amis darah pun terhidu oleh hidung Saskia.

Debaran gugup di dada, dengan langkah pelan dan tubuh gemetar  ia mengikis jarak pada pintu. Wajah gadis itu sangat tegang, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Saat ia menempelkan telinga di dinding pintu, suara itu pun menghilang.

"Nyawamu untukku, jika tak menerima cintaku." Suara bisikan yang sangat dekat di telinga Saskia.

Gadis yang biasa berpenampilan tomboi itu terkesiap. Suara serak  itu ia kenali, milik Pramasta. Tubuh gadis itu luruh dan terjengkang ke belakang. Jatuh terduduk di lantai keramik yang dingin. Manik mata Saskia membeliak. Sementara telapak tangan kanan  membekap erat mulutnya yang terbuka lebar.

Pramasta yang beberapa minggu menghilang. Lelaki yang menyatakan cinta  kepadanya. Ia tolak mentah-mentah. Bukan hanya itu, tindakan Pramasta yang seakan-akan bagai penguntit membuat gadis itu gusar. Tanpa sengaja Saskia mengeluarkan kata-kata hinaan.

"Ma-afkan a-ku, Pram," gagap Saskia dengan wajah penuh penyesalan. Rumor tentang Pramasta itu ternyata kini ia alami. Santer beredar lelaki berkepribadian aneh yang harus mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cara klenik.

"Hahaha!" Suara tawa tanpa wujud itu menggema. "Katamu lebih baik mati daripada menerima ku, kalimat makianmu itu  akan kubuktikan."

Selesai ucapan Pramasta bernada mengeram itu, tubuh Saskia terpental menghantam dinding beton kamar. Jeritan kesakitan keluar dari mulut mungilnya karena merasakan hantaman pada punggungnya yang terasa nyeri.

Dari arah  pintu kekuatan dua tangan hitam kurus berkuku panjang  menembus daun pintu dan  terulur meraih leher Saskia. Cengkeraman itu makin kuat membuat  ia kesulitan bernapas.

"Hentikan!" bentak suara melengking dari seorang perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun