Mohon tunggu...
megaprasetya
megaprasetya Mohon Tunggu... mahasiswa

Seorang mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang memiliki minat di bidang ekonomi. Selama kuliah saya selalu menyesuaikan diri dengan berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu ekonomi. Saya memiliki keterampilan memahami metode analisis ekonomi baik kualitatif maupun kuantitatif serta memahami keterbatasannya, mampu menganalisis fenomena ekonomi terkini, mampu berpikir logis dan analitis, serta menyampaikan pemikiran secara lisan dan tertulis dengan memanfaatkan teknologi informasi terkini.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Mengoptimalkan Penguatan Literasi Digital Melalui Strategi Fact Checking dan Digital Hygiene

3 Februari 2025   20:40 Diperbarui: 3 Februari 2025   20:34 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Teknik pemeriksaan fakta (fact checking) menjadi urgen untuk dilakukan dalam melawan post-truth yang mewujud melalui hoaks, fake news, maupun hate speech. Haryatmoko dalam tayangan YouTube di akun Knowledge Channel Fakultas Filsafat UGM (2018) menyatakan lawan post-truth bukanlah kebenaran. Post-truth merupakan penyangkalan atas kebenaran, maka harus dilawan dengan fact checking atau pemeriksaan fakta. Dalam post-truth, klarifikasi konvensional saja tidak cukup. Dengan kemampuan pengecekan fakta, masyarakat dapat mengetahui status suatu isu yang dipertanyakan keasliannya, apakah hoax atau kebenarannya, kemudian dapat dilanjutkan dengan investigasi cerita kritis agar dapat dipahami oleh khalayak lain.mana sesungguhnya informasi yang benar.

Hasil survey Mastel 2019 menunjukkan, edukasi masih dianggap cara yang paling efektif mengurangi hoaks, selain koreksi melalui sosial media, tindakan hukum, blokir situs, flagging atau memberitakan di media massa. Survei juga menyebut 27.4% responden menyatakan tidak tahu cara mengecek fakta sebuah informasi hoaks atau fakta. Sebagian besar responden (82.8%) berpendapat andalan utama untuk memeriksa kebenaran berita heboh bertumpu pada search engine. Padahal ada banyak teknik periksa fakta yang dapat dilakukan melalui berbagi tools yang tersedia (Mastel, 2019).

Persoalan serupa juga dihadapi masyarakat sebagian besar belum mengetahui cara melakukan cek fakta dan belum pernah mendapatkan pelatihan tentang hoaks serta teknik fact checking. Sebagian besar masyarakat juga masih mudah percaya informasi hoaks karena ketidaktahuan dan kemalasan mengecek fakta. Hal ini salah satunya karena budaya di indonesia  yang cenderung mengikuti    tren viral, maka jika menerima informasi yang sesuai dengan apa yang ia percayai, keinginan untuk melakukan pengecekan kebenaran terlebih dahulu menjadi berkurang.  Secara alami, perasaan positif muncul dalam diri seseorang ketika seseorang menegaskan apa yang diyakininya. Perasaan terafirmasi tersebut juga menjadi pemicu seseorang dengan mudahnya meneruskan informasi hoaks ke pihak lain, selain faktor terbatasnya pengetahuan yang juga menjadi penyebab mudah percaya pada hoaks.

Berdasarkan latar belakang tersebut,membutuhkan pelatihan untuk memperkuat kapasitas literasi digital. Selain itu, perlu juga adanya pendampingan, khususnya yang terkait dengan fact checking dan digital hygiene. Hal ini sangat penting agar pengetahuan yang telah didapat bisa dikontrol penerapan atau aplikasinya.

Permasalahan yang berhasil diidentifikasi pada penguatan kapasitas literasi digital khususnya terkait fact checking dan digital hygiene tersebut antara lain: (1) Belum memiliki kemampuan mengenali jenis hoaks dan masih mudah terprovokasi informasi yang belum jelas kebenarannya; (2) Belum memiliki kemampuan pemeriksaan fakta untuk mengecek kebenaran sebuah informasi; (3) Cenderung kurang memperhatikan privasi dan keamanan data dalam berinteraksi dengan teknologi digital.

Solusi yang ditawarkan untuk menjawab permasalahan pada mitra yaitu dengan mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu penguatan literasi digital pada masyarakat, khususnya terkait fact checking dan digital hygiene. Dengan kemampuan periksa fakta dan keamanan digital yang nantinya dimiliki, diharapkan akan meningkatkan kemampuan literasi digital anggota sehingga kesadaran dan perilaku mereka dalam merespon informasi juga akan lebih baik. Selain itu, dengan kemampuan menerapkan fact checking tools dan digital hygiene, diharapkan dalam waktu dekat akan mengurangi jumlah penyebaran hoaks.

Secara lebih detail, target dan manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: (1) Meningkatnya pemahaman tentang mengenali jenis dan bahaya; (2) Meningkatnya keterampilan pemeriksaan fakta khususnya dengan menggunakan fact checking; (3) Meningkatnya keterampilan menyusun kontra narasi pada informasi hoaks; (4) Meningkatnya jumlah penggunaan fact checking tools; (5) Meningkatnya jumlah kontra narasi yang dihasilkan

Selanjutnya peserta diberikan materi teknik fact checking. Berikut ini adalah empat  langkah yang digunakan untuk memeriksa apakah informasi yang beredar itu benar atau salah:  

Pertama, cari sumber rujukan yang terpercaya. Peran sumber berita yang diakses penting ketika melakukan pengecekan fakta atau menyiapkan sanggahan hoaks yang beredar.

Kedua, amankan bukti. Orang iseng asli mungkin telah menghapus atau menonaktifkan akunnya sementara kami memverifikasi keasliannya. Kita perlu mengamankan bukti lewat screenshoot, mengunduh seluruh isi jika berupa video, karena terkadang dalam materi video hasutan kebencian terdapat pemenggalan, penyuntingan, atau manipulasi. Keaslian dokumen atau informasi menjadi syarat utama yang harus dipenuhi sebelum penolakan

Ketiga, gunakan tools untuk memeriksa fakta. Di internet, beredar perangkat gratis dan mudah untuk memeriksa fakta atau keaslian sebuah informasi, baik berupa foto, video, lokasi dan lain-lain. Berikut beberapa perangkat pemeriksa fakta: (1) Pencarian lewat Google Search di laman google.com; (2) Pencarian gambar dapat menggunakan Google image di laman images.google.com dan TinEye di laman tineye.com; (3) Pencarian lokasi dapat menggunakan Google maps di laman google.com/maps, street view di laman google.com/streetview, Google earth di laman earth.google.com; (4) langkah yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah informasi yang beredar itu benar atau salah adalah susun bantahan dan sebarkan. Susun bantahan dengan bukti dan argumen yang kuat setelah mengamankan bukti dan cek fakta. Bukti dan argumen harus kuat supaya tidak mudah dibantah atau dimentahkan. Menyebarluaskan temuan tersebut kepada masyarakat luas melalui Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan media sosial lainnya setelah dilakukan pengecekan fakta. Sertakan juga komentar atau kesimpulan atas hoaks tersebut dengan narasi yang sederhana dan mudah dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun